Senang banget bisa melihat Penampilan Ananda Sukarlan, dan kawan-kawan bertajuk Jakarta New Year’s Concert 2019 hari Minggu,13 Januari 2019. Rachmi Aziah, putri semata wayang Ismail Marzuki yang mendokumentasikan 300 lebih karya ayahnya, sehingga tetap terjaga. Tapi mendokumentasikan dan menjaganya saja tak cukup. Lagu-lagu karya Maestro Ismail marzuki harus diperdengarkan. Dan itulah yang terjadi di di Ciputra Artpreneur Theater Jakarta.
Saya orang awam yang tak paham dengan music klasik. Saya Cuma tahu mendengarkan dan menikmati tanpa tahu komposisi apa dan siapa yang membuatnya. Tapi mendengarkan Konser Millenial Marzukiana, saya serasa di bawa ke dunia lain. Aura mistik menghipnotis saya ketika paduan harmonis berbagai alat music menyatu. Sempat teringat pada backsound film kartun Tom and Jerry. Pada suasana si tikus jail, music menjadi pemicu kecemasan saat penonton yang terkesima lalu ikut cemas ketika kejailan si tikus diketahui si kucing.
Johann Sebastian Bach (1685-1750), Wolfgang Amadeus Mozart (1756-1791), Ludwig van Beethoven (1770-1827), Giuseppe Verdi (1813-1901), Pyotr Ilyich Tchaikovsky (1840-1893) adalah nama-nama composer music klasik kelas dunia yang saya tahu hanya sebagai pengetahuan umum. Jika mendengar karya mereka belum tentu saya tahu. Saya tahu cuma dari film-filma yang ada bagian nonton opera atau konser music klasik. Lebih detil saya harus akui, saya tidak tahu. Seingat saya ada beberapa karya composer music klasik ini yang menjadi lagu rohani dan dinyanyikan saat ibadah di gereja.
Ananda sukarlan juga menginginkan karyanya mendunia, tapi bukan semata karyanya tapi ia juga ingin membawa music dengan latar belakang Indonesia. sebuah Keinginan Ananda Sukarlan yang terlihat sederhana tapi sebetulnya tidak. Ananda Sukarlan berharap dengan hasil orkestrasi dari musik Marzuki, serta partitur karya-karyanya bisa dibawakan oleh musisi manapun di seluruh dunia sekaligus memperkenalkan musik sastra asli Indonesia.
Ananda Sukarlan Orchestra berkolaborasi dengan 5 musisi millennial kebanggaan Indonesia yang berusia dibawah 30 tahun. Para musisi millennial yang terdiri dari Jessica Sudarta (Harpis), Finna Kurniawati (Violis), Anthony Hartono (Pianis), Mariska Setiawan (Soprano) dan Widhawan Aryo (Tenor) merupakan musisi yang kiprahnya sudah tidak diragukan lagi di kancah internasional.
Ananda Sukarlan sukses mengemas beberapa mahakarya Ismail Marzuki dalam gubahan orkes megah seperti Melati di Tapal Batas, Gugur Bunga, Wanita,Selendang Sutra, Halo-Halo Bandung dan Indonesia Pusaka. Pada beberapa bagian, perasaan saya tercampur aduk. Bakan nggak sadar air mata saya mengalir. Terutama saat lagu Perempuan dan Melati di Tapal Batas.
Mengikuti dan mendengarkan konser sekitar satu setengah jam tak terasa, karena ketika konser harus berakhir, Saya masih terhipnotis, sehingga enggan berdiri dari tempat duduk. Ini konser millennial, kami diizinkan untuk live baik di instgram maupun di faceebook. Musik klasik terdengar menenangkan dan mengasyikan buat saya. Saya lupa judulnya, apa tapi dulu saya punya, CD music klasik untuk diperdengarkan pada calon bayi di perut saat saya hamil. Saya melakukan hal itu (Memperdengarkan music klasik pada calon bayi) karena saya percaya memperdengarkan music klasik, selain meninabobokan bayi dalam perut tapi juga dapat merangsang pertumbuhan otaknya.
Oh ya konser Millenial Marzukiana, ini merupakan kolaborasi Kaya.ID dengan pianis dan komposer kenamaan Indonesia, Ananda Sukarlan, (yang lebih senang disebut Piahok ketimbang Pianis…) Kaya.ID menyadari bahwa musik Ismail Marzuki adalah salah satu harta Indonesia yang harus disenandungkan di seluruh dunia.
Konser “Millennial Marzukiana”, merupakan perwujudan dari visi dan misi Kaya.ID dalam membawa hasil karya anak bangsa agar dapat dikenal secara global. Selain itu, konser ini juga merupakan bentuk kepedulian Kaya.ID terhadap para penyandang disabilitas di Indonesia. Terhitung lebih dari 100 kursi disumbangkan untuk penyandang disabilitas dari berbagai komunitas seperti bisu tuli dan down syndrome. Informasi ini menjawab pertanyaan saya dan kawan-kawan karena kami melihat ada banyak penyandang disabilitas. Hormat saya buat penyelenggara dan Ananda Sukarlan.
Nita Kartikasari, CEO dari Kaya.ID mengatakan: “Adalah sebuah kehormatan bagi kami dapat berkolaborasi dengan Ananda Sukarlan yang mempunyai hasrat yang sama dalam membangun dan mengembangkan potensi-potensi terpendam yang terdapat di Indonesia. Sejalan dengan misi Kaya.ID untuk membawa potensi Indonesia agar dapat dikenal secara global, kami berharap Millennial Marzukiana dapat membawa demam “IsmailMarzuki” ke seluruh penjuru dunia. Semoga karya-karya Ismail Marzuki dapat membuat setiap pendengarnya jatuh hati kepada Indonesia.
Menjadi pahlawan tidak selalu harus mengangkat senjata. Menjadi diri sendiri seperti Isamil Marzuki. Tak berharap dinilai sebagai pahlawan tapi rasa patriotism yang disebarkan lewat gubahannya, mampu menggelorakan rasa nasionalisme.Demikian juga Ananda Sukarlan yang turut menjadi garda terdepan Indonsia lewat komposisi musik karyanya yang berakar dari budaya Indonesia.
Kisah malin Kundang, paling top dari seluruh acara konser. Narrator mampu mengajak pendengar menginmajinasikan Drama Legenda malin Kundang, seolah pendengar dan penonton koser ada di sana. Musik terdengar begitu dinamis, ada kalanya terdengar syahdu tapi ada kalanya menjadi garang. Pokoknya keren abizz.
No comments:
Post a Comment