Ekspresi Rasa Sayang: Antara Perhatian dan Trend

Jelang 14 Februari 2017, suasana adem dan tentrem. Tidak banyak kampanye anti Valentine day, seperti tahun-tahun sebelumnya. Mungkin karena masyarakat terfokus pada PILKADA DKI. Saya mengenal istilah valentine day sejak masa remaja. Apakah saya merayakan valentine day,?  Masa itu ya, saya saling bertukar kartu ucapan selamat, dengan kawan-kawan perempuan. Kok kawan perempuan? Belum punya pacar waktu itu. tapi andaikan ditanya, apakah kalau sudah punya pacar lalu bertukar kartu dengan pacar? jawabnya iya juga. karena saat punya pacar, saya memberikan kartu dan hadiah di hari Valentin, just simbol.

Pacar saya bukan orang yang romantis, dia tidak pernah mengirimkan saya kartu atau bunga. Tidak di hari Valentin tidak juga di hari ulang tahun atau ulang tahun pernikahan. awalnya agak kecewa tapi hidup ini kan realistis. Saya tidak bisa mengubah sifat dasar seseorang. Maka sayapun menyesuaikan dan menerima. tapi saya tetap memberikan hadiah di hari-hari yang saya anggap istimewa. tidak selalu hari ulang tahun atau hari ulang tahun pernikahan. 

Bisa saja saya memberikan hadiah kaena saya bahagia. Dan untuk bahagia nggak harus ada hari khusus. Saya menjadikan setiap hari istimewa. Pada akhirnya saya dan pacar yang kini sudah menjadi suami, memang berusaha menjadikan setiap hari istimewa. Karena dalam keyakinan agama saya, Tuhan memang menciptakan setiap hari istimewa. tinggal kita, peka atau tidak menikmati tiap-tiap hari. kalau peka, sewajarnya, kita nikmati dengan rasa syukur. karena nggak perlu nunggu bahagia untuk bersyukur. malah dengan bersyukur, dijamin pasti bahagia.

Maka saya dan suami sepakat menjadikan Everyday is valentine day. ya tiap hari adalah hari kasih sayang. karena sejatinya kasih sayang memang harus dipupuk dan dijaga. denagn saling memberi perhatian. Caranya banyak, memberi hadiah cuma salah satu. menguapkan teria kasih karena sudah dibuatkan teh/kopi itu bentuk perhatian dan rasa sayang.

Nah kalau soal judul, tulisan ini, Ekpresi Rasa Sayang: Antara Perhatian dan Trend.  Kok perhatian dan rasa sayang jadi trend? buat saya ini hal positif. ketika kita bisa mempelopori berani mengekpresikan rasa sayan, jadi keren loh. tapi jangan salah kaprah. Bukan ekpresi yang di luar norma umum dan norma sosial loh. Misalnya berpelukan atau berciuman bibir di bukan tempatnya, walau oleh pasangan halal.

Saya sangat senang melihat permandangan pasangan muda di mall, yang saling membagi tugas, saat mereka makan bertiga dengan anak mereka yang masih balita. Si ibu, makan lebih dulu, sayang ayah main dengan anaknya. sesekali si ibu menyuapkan ke balitanya dan sesekali ke suaminya. Ada rasa sayang yang tidak terucap di sana.

Atau sepasang bapak-Ibu lanjut usia yang duduk di bangku dalam sebuh resto. Mungkin anaknya sedang memesan makanan. Sesekali si Bapak, membetulkan hijab yang dipakai si Ibu dan Si Ibu membiarkan hijabnya dibetulkan sang bapak. tangan si ibu ada di paha sang bapak. Ada ekpresi cinta di sana.

Saya yang melihat ikut bahagia. berharap bisa seperti itu. ketimbang melihat dede -dede gemez yang minum segelas berdua. Saya pikir rasa sayang emang harus ditanpakkan. Bukan untuk pamer tapi lebih untuk menebar aura positif. bagaimana menurut kamu?