Curhatku

Cengkeh dan Pala, Kisah Tentang Mahakarya Indonesia


Sejarahwan JJ Rizal bersama pembawa acara Syafira


Potret Mahakarya Indonesia kembali digelar untuk yang ketiga kalinya. Tahun 2014 mengangkat tema Gemah Rempah Mahakarya Indonesia. Terkait acara tersebut, Jumat, 10 Oktober 2014, saya menghadiri Blogger dan media gathering di sebuah resto di salah satu plaza  di Jakarta Selatan.
 Ketertarikan saya menghadiri acara Mahakarya Indonesia 2014 karena saya menghadiri acara yang sama tahun lalu. Informasi yang saya dapatkan sangat menarik, maka saya tidak mau tertinggal untuk tahun ini.  Potret Mahakarya Indonesia adalah sebuah kompetisi di bidang fotography yang digelar oleh Dji Sam Soe.

 Tema Mahakarya Inonesia 2014 adalah Gemah Rempah sehingga disebut sebagai Gemah Rempah Mahakarya Indonesia. Dua pembicara hadir. Pertama pembicara yang sama  dengan tahun lalu, sejarahwan JJ. Rizal. Pemaparannya tentang apa yang dimaksud Mahakarya dan rempah, sungguh membuka wawasan. Pembicara Kedua Anton Motulz, seorang sutradara yang juga suka menulis. JIka JJ. Rizal memaparkan tentang sejarah rempah dari Ternate dan Tidore, maka Anton Motuls membagikan tips menulis membedakan B penulisan berita, cerita dan catatan. Ketiganya bentuk tulisan tapi penulisannya berbeda.

Rempah-rempah Indonesia memang sangat mendunia. Bahkan rempah-rempah juga yang menyebabkan terjadinya penjajahan. Namun harus disyukuri penjajahan atas nusantara yang dulu di kenal sebagai Hindia melahirkan Indoesia. Artinya  negara Indonesia tercipta sebagai sebuah Mahakarya politis akibat rempah-rempah terutama  cengkeh dan pala.

Yang dipahami sebagai rempah-rempah memang banyak, namun mengacu pada catatan sejarah dan peta perdagangan dunia, adalah cengkeh dan pala yang kebetulan hanya tumbuh di Ternate dan Tidore serta beberapa pulau di kawasan Maluku dan Banda.

Sederet nama seperti Columbus, Vasco Da Gama, Jan Pieter Soon Coen, Sultan Babullah dan Pangeran Nuku adalah nama-nama yang membuat cengkeh dan Pala mendunia.
Mendengar sejarahwan JJ.Rizal bercerita bagaimana cengkeh dan dan pala menjadi pendorong seorang Columbus melakukan perjalanan demi menemukan rempah-rempah.

Tanpa sadar, saya mengkaitkan keterbatasan pengetahuan saya dengan informasi yang diceritakan JJ. Rizal. Bahwasannya Indonesia benar adanya, terbangun atas berkah luar biasa dari Sang Pencipta.
Laut luas membentang, alam indah nan mempesona, hasil bumi yang membuat dunia mengenal Indonesia. Dan tentunya pendiri- pendiri negeri ini, termasuk raja-raja di bebagai daerah.
Cengkeh dan Pala sebagai rempah yang terhitung sebagai rempah utama dunia karena kemistiriusan yang sengaja dibangun. Kenyataannya Cengkeh dan pala memang bermanfaat.

Manfaat cengkeh dan pala,  sebagai obat-obatan, pengawet daging, bahkan cengkeh dan pala ditemukan sebagai sumbat hidup raja-raja mesir yang dimumikan. Cengkeh dan pala juga digunakan sebagai wewangian tubuh. Bahkan pada perkembangan ke tanah China, para petinggi dikerajaan diharuskan mengunyah cengkeh jika berhadapan dengan raja. Cengkeh dan pala juga dipercaya sebagai aprodisiak (Penambah kekuatan seksual) dan yang tak terbantahkan sebagai bumbu masak.

Mahakarya Indonesia yang menurut JJ. Rizal adalah karya budaya manusia Indonesia atau Tuhan yang secara kreatif dan jitu menjawab tantangan pada masanya dan bermanfaat.

Maka pantaslah kiranya kalau rempah-rempah terutama cengkeh dan pala disebut sebagai Mahakarya karena keduanya mempunyai peranan yang sangat besar di masanya bahkan hingga sekarang.

Dulu, saya punya anggapan kekayaan Indonesia semacam rempah-rempah ini adalah kekayaan sekaligus penyebab Indonesia dijajah. Kini saya menyadari justru penjajahanyang terjadi akibat lahirnya kolonialisasi adalah bagian yang membangun semangat persatuan. Kesamaan nasib, membawa keinginan untuk bersatu dan mengusir penjajahan.

Sebuah kesadaran muncul, bahwasannya penjajahan di atas bumi harus dihapuskan seperti tertera pada pembukaan UUD 1945. Kesadaran tersebut menggerakan perlawanan untuk mempertahankan wilayah. Cengkeh dan Pala adalah Mahakarya Indonesia yang jejaknya ada pada peta sejarah perdagangan dunia.

Sebagai ibu rumah tangga saya mengenal cengkeh dan pala sebagai bumbu masak yang biasa saya gunakan untuk menyajikan makan sehat dan lezat. Memang masakan saya bukan sebuah Mahakarya tapi  cengkeh dan pala bukti peradaban sebuah bangsa,  seperti  bukti cinta saya pada keluarga yang saya wujudkan lewat masakan.

1 comment:

  1. cengkeh dan pala... dulu saat dijelaskan kalau gara2 ini penjajah ingin menduduki negara kita. ah, cukup waw juga mengingat di Barat tumbuhan ini tidak bisa tumbuh. karenanya jadi 'barang mahal' yaa. aromanya juga khas banget dih, Indonesia banget!

    ReplyDelete