Curhatku

Philips Setia dengan Inovasi


Presiden Direktur Phlips Indonesia: Suryo Suwignyo


Undangan acara buka puasa bersama sekaligus ngobrol dengan CEO Philips Indonesia yaitu Bapak Suryo Suwignjo, dari Philips Indonesia, sulit untuk ditolak. Di selenggarakan di di Black Cat Cafe, Plaza Senayan Arcadia Jakarta. Lokasi tidak terlalu jauh tapi kurang familiar buat saya. Maklum saya sudah bukan anak gaul yang hobi nongkrong cafe to cafe. Masa itu sudah lewat, eh ngelantur.

Saya tidak mengantisipasi macet akibatnya tiba di lokasi acara, makanan sudah ludes. Entah semua pada lapar atau panitia yang menyediakan kurang. Soalnya dari info yang saya dengar, bahkan goodibagpun hanya disediakan untuk 75 pendaftar pertama. Jujur ini sebuah keanehan. Kalau mampunya menyediakan 75 mengapa harus mengundang lebih banyak dari itu? Pada akhirnya sayapun tidak bisa mengikuti acara hingga akhir, namun saya tetap mempunyai catatan untuk acara tersebut.

Acara di buka pembawa acara Corporate Communication Manager Philips, Catherine Siswoyo. Setelah mengucapkan salam dan terima kasih, pembawa acara memanggil Bapak Blogger Ndoro Kakung yang akan  memandu ngobrol dengan CEO Philips Indonesia, Bapak Suryo Suwignyo. Sosoknya terlihat matang dan mumpuni. Jika beliau sudah begitu lama di IBM tentu bukan sesuatu yang aneh baginya memimpin Philips Indonesia. Bergabung dengan IBM Indonesia seusai lulus dari Universitas Gadjah Mada pada 1990, sarjana akuntansi ini telah menapaki karier di banyak bidang. Wawasan luas, banyak pengalaman, dan prestasi, akhirnya menjadikan Suryo terpilih menjadi Presiden Direktur IBM Indonesia pada 2008. Setelah bergabung selama 20 tahun, Per tanggal 1 April 2014, Suryo Suwignjo ditunjuk sebagai Presiden Direktur Philips Indonesia.

Benar saja, sapaannya ramah dan penuh senyum membuat oborlan diskusi menjadi menyenangkan. Beliau membuka dengan sekilas apa sih Philips? Mendengar kata Philips maka biasanya orang akan menyebut lampu LED. Tidak salah karena lampu LED adalah salah satu Inobasi Philips. Tapi Philips bukan cuma lampu. Philips yang lahir sudah sejak tahun 1891 di Eindhoven, Belanda dan hanya  4 tahun kemudian, tepatnya tahun 1895, Philips  masuk dalam pasar Indonesia.

Philips sangat setia dengan inovasi. Selain Lampu, Philips juga memproduksi alat-alat kesehatan, Consumer lifestyle dan consumer Healthcare. Cek di rumah anda, pasti ada salah satu brand Philips di sana. Karena Philips memang bertujuan mempermudah hidup. Mulai kita buka mata, dan beraktifitas sepanjang hari hingga tutup mata, Philips setia menemani. Penyeduh kopi, steamer, setrika, kipas angin, oven, breast pump, hairdryer dan lain-lain.

Philips setia dengan inovasi karena percaya inovasi bermakna akan menghasilkan produk kualitas yang teapt guna dan tepat sasaran. Ini bukan berarti Philips tidak pernah gagal. Kegagalan selalu ada, tapi bagaimana menjadi kegagalan sebuah pelajaran jauyh lebih penting daripada menyesali kegagalan yang terjadi. Salah satu kegagalan yang pernah dialami Philips ketika memproduksi multicoocker. Yaitu alat penanak nasi yang bisa berfungsi untuk memanaskan, membuat bubur, memasak kue dan mengukus. Secara produk, bukan produk gagal tapi gagal dari sisi pemasaran di Indonesia.

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat praktis dan tidak terlalu memusingkan mengoptimalkan sebuah peralatan. Alat memasak nasi ya untuk memasak nasi, fungsi lain biar dilaklukan oleh alat lain. Karena dari hasil penelitian, masyarakat indonesia merasa terganggu atau direpotkan jika mengeluarkan nasi dari tempat menanak nasi lalu menggunakan alat tersebut untuk funhsi yang lain. Alhasil multicoocker gagal di pemasaran karena orang enggan membeli alat tersebut katrena harganya mahal. Orang tidak melihat multicooker bisa digunakan dalam banyak hal.

Dari sini tergambarkan betapa sebuah penelitian sosial, dan latar belakang kebiasaan masyarakat ikutn menetukan strategi bisnis dan pemasaran. Sebuah catatan menarik dari obrolan santai.




1 comment:

  1. Kuncinya berarti bukan hanya inovasi saja ya tapi mengetahui karakter konsumen. Gabungan keduanya membuat produk laku, siyaap Terimakasih atas pemahamannya Bu Elisa

    ReplyDelete