SI BOS dan HP
Saat makan siang dengan beberapa teman kantor, kami “ngerumpi” soal bos. Bos kami seorang perempuan yang tahun lalu genap berusia 60 tahun. Jangan terkejut. Walau usianya sudah kepala enam, dari penampilan fisiknya pasti tidak akan ada yang menduga. Bos kami memang termasuk perempuan yang menjaga penampilannya secara fisik. Aku mengenalnya sudah sejak sekitar dua belas tahun lalu. Ku pikir penampilan fisiknya terjaga selain ia merawatnya dengan baik, ia juga kerap melakukan puasa Senin-Kamis.
Sayangnya kecantikan fisik tidak bisa mencegah penurunan kemampuan yang tak nampak oleh mata. Seperti menjadi pelupa. Ini sungguh kerap menjadi masalah di kantor. Misalnya, sebuah laporan yang sudah di serahkan ke beliau namun beliau merasa belum menerima. Saat-saat seperti itu, suasana kantor jadi sangat tidak enak. Masalahnya, semua tahu kalau laporan itu sudah diterimanya.
Namun mengingat aturan tentang bos. (Pertama) Bos Selalu benar (Kedua) Jika Bos salah, lihat aturan pertama! Jadi karyawan tidak bisa berbuat apa-apa. Nanti bila laporan itu sudah ketemu, memang beliau tidak segan atau sungkan untuk minta maaf. ”Aduh maaf yah kemarin saya sudah marah-marah. Padahal laporan itu ada di meja kerja di rumah. Maaf yah!”
Biasanya semua akan menjawab “Tidak apa-apa kok, bu!” Walau di belakang bos, kamu akan ngerumpi dan tertawa.
Dalam setahun terahir ini, bos sudah kehilangan 4 buah Hand Phone. Seingatku pertama, tertinggal di supermarket, kedua terjatuh saat turun dari mobil. Saat itu beliau tahu ada yang terjatuh namun tidak menduga kalau itu HP-nya. Kehilangan ke-3 terjadi di kantor. Wah suasana benar-benar menjadi tidak enak.
Kehilangan kedua dan ketiga berjarak kurang dari satu bulan. Saat kehilangan yang kedua lagi-lagi kami sekantor di buat repot terutama seretaris beliau. Harus mengnformasikan pada semua relasi untuk mengirim no kontak lagi. Jadi baru saja datanya lengkap, eh HP-nya hilang lagi dan terjadinya di kantor.Beliau sangat marah bahkan mengatakan ”Jadi merasa tidak aman di kantor sendiri”.
Peristiwa itu sendiri terjadi di satu hari yang kebetulan banyak tamu di kantor. Seharian itu si Bos berkali-kali rapat dengan berbagai klien di ruang rapat. Sementara ruang kerja si Bos di atas dan ruang rapat di bawah. Jadi beliau sempat beberapa kali turun naik. Persoalannya Si Bos tidak ingat apakah HP-nya selalu di pegang.
Seluruh ruangan di periksa dan seluruh tas karyawan di geledah. Jujur sebetulnya aku tersinggung. Setelah semua di geledah HP tetap tak ditemukan. Jam kantor bubar, masing-masing karyawan pulang dengan perasaan yang tidak bisa di tebak.
Besok pagi, saat baru masuk ruang kerja, aku dapat pemberithuan. Tepat pukul 09.00 Bos yang masih diperjalanan minta semua berkumpul di ruang rapat. Aku mengira, si Bos akan minta maaf karena membuat semua karyawannya menjadi tidak enak padahal kehilangan HP itu walau terjadi di kantor tapi disebaban kelalaiannya sendiri.
Namun di luar dugaaku, si Bos malah menyatakan kekecewaan terhadap karyawan. Kata si Bos ”Kalian tahu, memang data dalam HP itu penting buat saya tapi HP itu juga ada nilai ekonimis, karena harganya tidak murah. Kalau diantara kalian ada yang memerluan uang mengapa tidak bicara dengan bagian keuangan. Bukan mengambil HP saya! Saya sekarang merasa tidak aman di sini!” lalu si Bos keluar ruangan.
Sungguh aku tersinggung dengan sikap arogannya. Namun mengingat aturan mengenai Bos, tak ada di antara kami yang mampu berkat-kata. Saat makan siang kembali kami ngerumpi. Menurutku tuduhan beliau sangat keterlaluan. Karena bagaimana ia bisa menuduh salah satu dari karyawan kalau kemarin itu sangat banyak orang luar? Kedua, HP beliau adalah Nokia seri komunikator terbaru. Kami rata-rata sudah pernah melihat tapi belum pernah menyentuhnya.
Dan aku berani yakin, tidak semua diantara kami mampu mengoperasikan HP tersebut. Dalam tempo sesaat ketika si Bos sadar HP-nya tida ada dan langsung di hubungi HP tersebut sudah tidak aktif. Artinya yang mengambil tahu mengoperasikan HP tersebut karena langsung bisa menjadi tidak aktif.
Kejadian itu terjadi kira-kira tiga bulan lalu. Dan Senin kemarin kami dihebohkan lagi karena HP si Bos hilang lagi. Tapi karena kejadiannya hari Minggu dan tidak di kantor maka kami agak tidak peduli. Si Bos pun tidak berkata apa-apa hanya sepanjang hari Senin sangat jutek. Tapi tidak demikian dengan sang supir yang sudah mengabdi selama dua puluh lima tahun. Si Bos yakin, HP-nya ada di mobil.
Si supir hanya berkata’ ”Biar saja di tuduh, Tuhan yang tahu kok!” Kami tidak tahu harus berkata atau berkomentar apa, yang pasti kami hanya bisa menghibur si supir dan memintanya untuk tabah. Ku dengar dari sekretaris Bos, si Bos mungkin agak malu karena untuk pemblokiran no HP-nya, si Bos melakukan sendiri termasuk mengurus ulang nomor HP ke pusat providernya.
Rasanya mungkin faktor pelupa yang menjadi biang keladinya. Bukan sekali dua kali kami mengusulkan agar si Bos menggunakan tali untuk HP agar bisa dikalungan di lehernya. Jadi kemanapun bergerak tidak mengganggu kedua tangannya dan si Bos tidak meletakkan di sembarang tempat. Namun apa mau dikata, udah hilang lagi sih! Lagi pula komunikator memang tidak mungkin dikalungkan di leher deh!
Aku menjadi kasihan dengan si Bos, wajah dan penampilannya yang cantik tidak bisa menutupi sifat aslinya. Cantik fisik memang belum tentu cantik hati (Iner Beauty). Hati yang cantik akan memancarkan sinar sehingga penampilan fisik juga bisa menjadi cantik. Karena itu kelihatannya kita perlu mengutamakanlah perawatan kecantikan hati. Bukankah kecantikan fisik akan pudar seiring bertambahnya usia? Namun Iner Beauty akan semakin bersinar seiring bertambahnya wawasan, kedewasan dan kebijaksaan kita dalam mensikapi kehidupan.
(Icha Koraag 18 Januari 2007)
Wah, emang repot punya bos pelupa. Menurut gw kita kudu pasang jurus 'extra hati2' kalo menyerahkan sesuatu ke dia. klo boleh sharing, gw juga pernah ngalamin hal yg mirib. Hasilnya, gw bikin log book / expedisi book, gw bilang ama bos gw dulu klo gw ingin rapih dalam pencatatan & admin, supaya kertas kerja gw lebih teratur & bla bla bla, salah satu caranya adl klo gw nyerahin sesuatu / dokumen ke siapapu gw minta ttd penerima di expedisi book gw. Padahal ini cuma alat proteksi diri kita sendiri dari kemungkinan disalahin dibelakang hari kalo bos merasa belum trima ini itu. Lebih enak lagi klo ada sekertarisnya, bisa aja laporan2 kita sampein lwat dia & dia yg ttd expedisi book kita. Tapi kesian ya jadi secretaris nya orang pelupa yang arogan....kalo kaga kuat iman udah.....kali.... hiiiii ....ngga ding. Gw doain supaya loe & temen2 loe termasuk sekertarisnya si bos mampu menghadapi cobaan ini & berakhir dg kemenangan (anggeplah ini kawah candra dimuka yg akan menjadikan pelakunya lebih kuat & cangging dlm mengatur emosi). Gw dulu kaga kuat, gw cabut ke company laen....hehehehe....disatu sisi dapet bos lebih baik, disisi lain dapet kerjaan yg kaga enak buanget. asli. load nya bikin ternganganga....
ReplyDelete