Berkenaan memasuki tahun baru, umumnya tiap orang punya rencana dalam mengisi tahun baru. Setelah melakukan evaluasi atas pencapaian prestasi di tahun lalu, pastinya tiap orang ingin memperbaiki kesalahan di tahun lalu dan meningkatkan hasil yang baik di tahun yang baru.
Kita tidak usah bicara yang muluk-muluk. Jika anda belum bisa meningkatkan hasil yang baik pada tahun ini, dengan memperbaiki kesalahan tahun lalu saja, itu sudah prestasi. Ada orang bijak yang mengatakan kesuksesan adalah jika hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini.
Sederhanakan? Jika kemarin anda menyakiti hati seseorang dengan atau tanpa sengaja dan hari ini anda menyadari lalu meminta maaf, maka kehidupan anda hari ini lebih baik dari kemarin.
Mari lihat kehidupan rumah tangga kita. Bagaimana hubungan anda dan pasangan? Baik? Lebih baik baik atau malah lebih buruk? Selain penyusunan rencana untuk target karir, penyusunan rencana untuk suatu hubungan dalam rumah tangga juga sangat diperlukan.
Yuk kita coba evaluasi. Berapa usia pernikahan anda? Di bawah lima tahun? Di bawah sepuluh tahun? Di bawah lima belas tahun atau di bawah dua puluh tahun atau lebih dari dua puluh tahun?
Seperti apa hubungan anda dengan pasangan? Biasa-biasa saja, hambar, musuhan atau malah makin saling mencintai? Loh kok anda senyum-senyum? Semoga semua menjawab yang terakhir, makin saling mencintai! Oh indahnya!
Ada yang mengatakan, kalau ikatan bahtera rumah tangga mau langgeng maka ikutlah kemana air mengalir atau janganlah menentang badai. Bicara menentang badai, saya jadi teringat musibah hilngnya pesawat Adam Air tujuan penerbangan Jakarta-Manado Via Surabaya.
Salah seorang ahli teknologi pesawat yang juga pilot dengan lebih dari 30.000 jam terbang mengatakan, ”seorang pilot yang handal pasti bisa membawa keluar pesawat dari ancaman badai, asalkan jangan menentang badai. Artinya ikuti saja gerakan badai tersebut sampai pilot yakin bisa keluar dari lingkup badai itu”.
Ucapan ahli teknologi pesawat yang juga pilot itu terdengarnya sangat mudah. Tapi ia melupakan faktor situasi pesawat dan kondisi si pilot yang mengemudikan pesawat. Berbicara tentang kondisi tak terkontrol dalam situasi kenyataan atau situasi seakan-akan tentulah tidak sama.
Begitu pula dalam tiap-tiap model rumah tangga. Tidak ada yang sama karena pelaku dalam kehidupan masing-masing rumah tangga memang berbeda-beda. Namun demikian tetap ada kesamaannya yaitu tujuan akhir dari tiap-tiap rumah tangga itu adalah kebahagiaan sampai maut memisahkan.
Persoalannya, kadang-kadang perpisahaan datang bukan karena maut tapi lebih sering karena keegoisan masing-masing. Saat emosi menguasai, lupa pada semua janji atau komitmen yang pernah diucapkan. Lantas keluarlah kalimat-kalimat yang seharusnya di tabukan atau seharusnya tIdak diucapkan.
Penyesalan memang selalu datang kemudian dan tidak lagi ada gunanya karena hati dan perasaan sudah terluka. Mungkin sakitnya sudah hilang tapi masih meninggalkan bekas. Lalu apa dong yang harus dilakukan? Tidak ada! Loh kok? Ya tidak ada selama yang ingin dilakuan hanya lip service bukan datang dari hati.
Coba pertimbangkan lagi, sakit hati sudah hilang tapi bekas masih ada dan setiap saat bekas itu mengingatan kembali pada rasa sakit itu, lalu jadinya apa? Tiba-tiba bekas luka itu terasa sakit kembali. Artinya semua sia-sia karena bekas-bekas tadi bukan cuma ada secara fisik, lebih parah membekas dalam jiwa.
Ingat perselingkuhan Artis Dangdut ME dan Anggota DPR YZ? Saya tidak mau membicarakan hal itu. Saya ingin mengajak anda melihat dan berempati pada perasaan dan kondisi istri YZ.
Istri yang juga ibu dengan 3 anak dan salah satunya masih berusia tiga tahun, harus bagaimana? Kalau saja sang suami orang biasa-biasa saja, paling tidak bebannya tidak seberat karena suaminya pejabat. Yang sudah barang tenatu mendapat sorotan media lebih banyak.
Terlepas pasangannya pejabat atau bukan, perselingkuhan atau penghianatan dalam sebuah rumah tangga adalah sangat menyakitan baik dilakukan laki-laki atau perempuan. Lalu apakah ini saatnya ikatan pernikahan tersebut diakhiri? Bagaimana dengan pihak-pihak di sekeliling pasangan rumah tangga tersebut. Anak-anak, orang tua, kakak-adik, kerabat dan sahabat?
Kehidupan berumah tangga bukanlah solusi ahir dari sebuah hubungan antara laki-laki dan perempuan. Begitu pula perceraian bukanlah solusi terbaik dari sebuah konflik rumah tangga. Hal yang perlu dilakukan adalah mendudukan tiap-tiap permasalahan di tempatnya masing-masing berdasarkan prioritas dan tujuan.
Pertama adalah penyesalan dan pertobatan, kedua ketulusan untuk memaafkan. Memaafkan adalah tidak mengingat dan membicarakan kesalahannya walau hanya dalam hati. Dua hal tersebut akan mempengaruhi secara signifikan kelangsungan rumah tangga yang bersangkutan.
Ada juga yang bilang memaafkan ya tapi tidak melupakan. Ini berkaitan dengan bekas yang ditinggalkan. Bekasnya memang akan ada, namun kalau ketulusan itu ada biarlah bekas itu tetap ada untuk dijadikan prasasti bahwa memang pernah ada perselinguhan itu, memang pernah ada penghianatan itu. Di patrikan dalam prasasti untuk diingat, untuk dikenang akibat perselingkuhan/penghianatan itu menimpakan bencana yang memilukan dan masing-masing dengan rela saling mendukung serta menguatkan pasangannya agar berusaha untuk tidak diulangi.
Jadi sebetulnya , apa kunci kesuksesan berumah tangga? Sama-sama belajar! Belajar dari pasangan, dari anak, dari lingkungan agar bisa mengenal masing-masing karakter dengan lebih baik, sehingga dapat dijadikan kekuatan untuk lebih saling mengasihi satu sama lain dalam rumah tangga itu.
Kualitas aspal dapat diketahui setelah hujan dan panas, begitu pula kehidupan rumah tangga kita akan teruji setelah melewati gelombang dan badai, baik kesukaan maupun kedukaan karena disitulah kita diuji untuk meyakini kita hanyalah pelaku dari skenario kehidupan yang di pimpin sang sutradara besar, yaitu Sang Pemilik Kehidupan
Karena itu pastikan anda melakoni dengan baik, lakon yang sudah anda pilih dan bertanggung jawab agar panggung kehidupan yang anda mainkan bisa menjadi teladan bagi para penonton. Jangan biarkan penoton mencemooh lakon anda, pastikan anda meraih Citra yaitu cinta kasih keluarga.
Berlatihlah setiap hari untuk lebih mengenal pemain-pemain lain, yaitu anak-anak, dan pasangan anda. Bersilaturahmilah dengan para pendukung lakon kehidupan anda, nilai-nilai masyarakat, lingkungan sekitar, kerabat dan orang tua agar anda tidak sering-sering di tegur Sang Sutradara.
Bukankah dengan saling mengenal anda akan lebih mudah memahami bahasa isyarat yang mereka gunakan saat lakon anda keluar dari skenario?. Mereka akan turut menjaga anda dalam berperan lebih baik sebagai apapun anda dalam panggung kehidupan tersebut. Suami, ayah, anak, ibu, istri, kakak atau adik. Selamat berlakon di Panggung Kehidupan semoga Penghargaan tertinggi tahun ini dapat anda raih! (Icha Koraag, 5 Januari 2006)
No comments:
Post a Comment