Pesona Buah Hati, program psikhologi tumbuh kembang anak, bekerja sama dengan ikatan Sarjana Psikhology Jakarta dan Pesona Gizi Keluarga bersama Pakar gizi, almarhumah Ibu Toeti Soenardi, memperkaya wawasan dan mempengaruhi wacana berpikir saya.
Tapi ketika menikah, hamil dan melahirkan. Sumpah semua dimulai dari nol. Ada sesuatu yang tumbuh dalam Rahim, menjungkir balikan seluruh kehidupan saya. Cemas, senang, sedih dan takjub bermain-main dalam kolam pemikiran saya. Inikah yang disebut keajaiban? Ada kehidupan dalam tubuh saya. Sejak detik itu, saya mendadak lapar. Lapar akan pengetahuan. Tentang kehamilan, pertumbuhan janin, bagaimana merawat sesuatu yang nggak nampak dalam tubuh saya tapi harus dipelihara. Tidak mudah karena diikuti perubahan mood, nggak selera makan, mual, pusing dan sensitive.
Semua baru saya pahami, ketika merasakan sendiri. Selain
diri sendiri (calon ibu) maka suami (Si calon bapak) mempunyai andil besar dalam
memelihara kehamilan. Komitmen calon ibu dan Calon bapak, serta kesamaan tujuan
dengan parameter yang sama, harus dibangun dan disepakati. Walau calon bapak
tidak mengalami kehamilan, tapi kesadaran dan komitmen untuk menjadi orantua
dituntut sepenuh hati dan sepenuh cinta mendamping si calon ibu.
Menyenangkan si calon ibu, besar dampaknya pada pertumbuhan si calon bayi.
Karena ibu yang bahagia, dan selalu merasa nyaman akan memberikan rasa yang
sama pada si anak. Ini bukancCuma pendapat saya tapi juga disampaikan Ratu
Anandita – Parenting Influencer.
Salah satu nara sumber webinar dengan tema
Webinar Bertemakan “Siap Menjadi Ibu Pencetak Generasi Emas Bebas Stunting”
yang diselenggarakan PP Aisyiyah bersama @nutrisikeluarga,
narasumber lainnya:
Dr. dr. Tubagus Rachmat
Sentika, Sp.A, MARS – Dokter Anak
Dr. Tria Astika Endah permatasari, SKM, – M.Kes
PP Aisyiyah
Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi., – Psikolog
Webinar ini terlaksan
diakhir Juni 2020.
Masa depan anak
ditentukan oleh masa 1.000 hari pertama kelahiran yang dihitung sejak awal masa
kehamilan (270 hari) hingga anak berusia 2 tahun (730 hari). Pada masa ini,
orang tua perlu memberikan stimulasi yang baik untuk anak agar anak dapat
bertumbuh kembang dengan baik.
Terbatasnya
pengetahuan tentang pentingnya persiapan gizi saat hamil menjadi tantangan
dalam program pengentasan stunting di Indonesia. Padahal, 1.000 hari pertama
kehidupan merupakan fase penting dalam perkembangan otak dan tubuh anak dan
mencegah anak stunting/ gizi buruk ataupun malnutrisi.
Prevalensi
stunting Indonesia hingga akhir 2019 kemarin masih berada di angka 27,7%. Walau
angka tersebut turun sekitar tiga persen dibanding tahun sebelumnya, tapi
jumlah tersebut tetap tinggi karena WHO menetapkan batas atasnya 20%.
Menurunkan prevalensi stunting menjadi tanggung
jawab bersama. Bukan hanya pemerintah tapi juga masyarakat dan semua yang
peduli pada persiapan generasi Emas. Dokter
anak Dr. dr. Tubagus Rachmat Sentika, Sp.A, MARS
mengatakan jika anak sudah stunting itu sama saja dengan bodoh permanen, tidak bias
dikejar ketertinggalannya. Tapi kalau masih sebatas gizi buruk, nasih bisa dibantu
dengan diberikan makanan dengan kandungan gizi yang baik. Itu sebabnya Dokter
Rahmat Sentika menegaskan #SKMbukansusubalita.
Menjawab pertanyaan
kalau sekadar toping untuk kue atau pudding atau es krim apakah boleh diberikan
pada balita? Jika ada yang lain, mengapa harus diberikan SKM? Karena walau
masyarakat mengenalnya sebagai SKM, kenyataannya itu hanya kental manis tanpa
susu. Banyak pembuktian jika dipanaskan hanya akan menghasilkan caramel gula. Jadi apa dong penyebab
anak stunting?
Menurut Dr. Tria Astika Endah permatasari, SKM,
jadi stunting itu kondisi gagal tumbuh pada anak, akibat kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama. makanya penting bagi pasangan calon orangtua untuk memahami pentingnya perdsiapan di 1000 hari pertama kelahiran yang dimulai sejak janin dalam rahim tumbuh.
Penyebab stunting, bisa karena kurangnya protein. Kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama, kekurangan air bersih dan sarana sanitasi juga sulitnya akses pada layanan kesehatan.
Jadi memberi makan pada anak nggak cukup asal kenyang. Asupannya harus memenuhi unsur gizi, seperti karbohidrat, protein, vitamin dan mineral.
Untuk mengingat apa yang harus diberikan pada anak dengan gizi yang cukup, ingat prinsip isi piringku dengan paduan Tumpeng gizi seimbang.
Terkait persiapan
generasi emas, tentu terkait dengan ibu dan ayahnya. Menjawab pertanyaan salah
satu peserta webinar, apakah dalam mencari pasangan diperlukan untuk mengetahui
bobot, bebet dan bibitnya? Psikholog Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Ps mengatakan yang utama adalah
pengenalan antar kedua pasangan. Dan jaiuh lebih baik jika dibangun rasa saling
percaya dan komitmen dalam membangun pernikahan termasuk dalam mempersiapakan
anak-anak. Kesama tujuan akan membuat kedua orang tersebut merasa nyaman untuk
menjalani kehidupan bersama. Itu modal penting dalam membangun pernikahan.
keluarga bahagia, adalah yang semua anggotanya terpenuhi semua kebutuhan jasmani dan rohaninya, dimulai dari ayah dan ibu yang berkomitmen memberikan yang terbaik buat anak-anaknya. Karena Orangtua adalah pembangun fondasi pertama dalam persiapan generasi emas bebas stunting.
orang tua berperan besar, bagaimanakan masalah orang tua tanpa diketahui anak, karena pola pikir yang membebani sehingga berdampak pula kepada anak yang tak tau menahu kondisi orang tua, harus menutupi tetapi orang tua juga harus segera bertindak
ReplyDelete