Dalam
rangka Hari Toilet Sedunia yang diperingati setiap tanggal 19 November, USAID IUWASH PLUS dan PD PAL JAYA bekerja sama
mengadakan kegiatan Kumpul Blogger dan Vlogger: ‘Sanitasi Aman
Mulai Kapan?’ sebagai bagian dari upaya menumbuhkan
kesadaran masyarakat pentingnya sanitasi yang dikelola secara aman.
Menghadirkan
narasumber
1. Ika
Fransisca – Advisor Bidang Pemasaran dan Perubahan Perilaku USAID IUWASH PLUS
2. DR. Subekti SE.,MM – Direktur Utama PD
PAL JAYA
3. Zaidah Umami – Bidang Kesehatan
Lingkungan, Puskesmas Kecamatan Tebet
Kata Wikipedia: Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam
pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung
dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini
akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia.
Jadi sanitasi erat
kaitannya dengan kebersihan, tapi ternyata bersih saja nggak cukup. Makanya selain
bersih juga harus aman. Saat ini Indonesia telah menunjukkan kemajuan dalam
menyediakan akses sanitasi. Pada tahun 2018, akses sanitasi ke toilet atau
jamban mencapai lebih dari 74,5%, termasuk 7% sanitasi aman. Namun, pencapaian
ini tidak dibarengi oleh penurunan penyakit diare dan stunting. Pada tahun
2018, rata-rata kejadian diare di Indonesia mencapai 7%, dan tingkat stunting
masih di atas 30%.
Advisor
Bidang Pemasaran dan Perubahan Perilaku USAID IUWASH PLUS. Ika Fransisca berbagi
cerita tentang pengalamannya mengedukasi seputar sanitasi aman. Percaya nggak
sih, sampai saat ini masih banyak prilaku BABS-Buang Air Besar Sembarangan? Tahu
buangnya ke mana saja? Kali/sungai, got depan rumah, kebon, kuburan. Menurut
pengalaman Mba Ika, ketika kunjungan ke suatu daerah, diingatlkan untuk jangan
menginjak plastik kresek karena itu isinya kotoran manusia.
Tahun 2017, Kementerian
Lingkungan Hidup menyatakan bahwa 75% sungai di Indonesia tercemar, 60% polutan
disumbangkan oleh air limbah domestik yang tidak diolah.
Air limbah domestik yang tidak diolah, bukan air bekas cuci
beras, air bekas cuci tangan atau air bekas berwudhu. Air limbah domestik yang
dimaksud adalah air tinja. Yup, air sisa
buangan manusia. Di perumahan di kota-kota besar, biasanya tiap rumah ada
septic tank. Sepic tank adalah tangki penampuangan tinja . Eh, sudah cek di
rumah kalian ada septic tank nggak? Kalau
ada, berapa jarak septic tank dengan sumber air? Minimal harus 10 m, agar
sumber air tidak bercampur dengan air buangan tinja di septic tank.
Kapan terakhir septic tank di rumah kamu disedot oleh jasa
sedot WC? Ternyata septick tank yang baik itu, harus kedap dan disedot/dikuras 2-3 tahun sekali. Jika lebih
dari 3 tahun nggak pernah disedot/dikuras, bahaya itu. Karena besar kemungkinan
tidak kedap dan bisa dipastikan sudah merembes ke tanah.
Tapi, walau di rumah kamu sudah ada septic tank, cari tahu
juga, di sekitar wilayah tempat tinggalmu ada Tempat Pengolahan Limba Air Tinja
nggak? Karena kalau nggak, besar kemungkinan di buangnya ke sungai. Jujur ini
mengerikan banget. Apalagi saya dengar dari Direktur PT. PALJaya, Bapak DR.
Subekti SE.,MM, Tangerang
dan Tangerang selatan belum punya. Saat ini Tempat Pengolahan Limba Air Tinja
di Tangerang masih sedang dibangun. Padahal,
baru bulan Juni lalu, septic tank di
rumah saya di sedot.
Nah mengapa sanitasi harus aman karena kalau nggak aman,
dapat membuat air tinja bercampur dengan sumber air yang digunakan sehari-hari.
Air tinja itu penuh dengan bakteri salah satunya bakteri e-colli yang menjadi
penyebaqb diare. Jangan anggap sepele jika diare karena jangka panjang bisa
menjadi penyebab stunting.
Jadi anak stunting bukan hanya perlu asupan nutrisi yang baik
tapi kesehatannya secara menyeluruh juga harus terjaga. Diare, penyakit yang
paling sering hinggap baik ada anak-anak maupun orang dewasa. Jangan anggap
sepele, apalagi meyakini anak batita yang diare dengan mitos, oh mau besar, oh
mau tumbuh gigi, dll. Itu bohong banget. Anak diare pasti karena bakteri ya
harus di atasi. Tidak boleh dibiarkan nanti sembuh sendiri. Membiarkan bakteri
e-colli berada di dalam tubuh, menghambat asupan nutrisi. Makanya jangka
panjangnya anak jadi stunting/kuntet.
Program USAID Indonesia Urban Water Sanitation and Hygiene
Penyehatan Lingkungan Untuk Semua (IUWASH PLUS) adalah program berdurasi lima
setengah tahun yang dirancang untuk mendukung Pemerintah Indonesia dalam
meningkatkan akses air minum dan layanan sanitasi serta perbaikan perilaku
higiene bagi masyarakat miskin dan kelompok rentan di perkotaan. USAID IUWASH
PLUS bekerja sama dengan instansi
pemerintah, pihak swasta, LSM, kelompok masyarakat, dan mitra lainnya untuk
mencapai hasil utama, yaitu:
1. Peningkatan
sebanyak 1.100.000 juta penduduk perkotaan yang mendapatkan akses kualitas
layanan air minum yang layak, di mana 500.000 di antaranya adalah penduduk
dengan 40% tingkat kesejahteraan terendah dari total populasi (juga disebut
sebagai “Bottom 40%” atau “B40”), kelompok rentan, atau provinsi-provinsi di
wilayah timur Indonesia; dan
2. Peningkatan
sebanyak 500.000 penduduk perkotaan yang mendapatkan layanan sanitasi aman.
PD. PAL Jaya adalah perusahaan daerah
milik Pemprov. DKI Jakarta yang bergerak di bidang: Jasa layanan pengelolaan
air limbah sistem perpipaan, Jasa layanan pengelolaan air limbah sistem
setempat, dan Layanan Lumpur Tinja Terjadwal (LLTT). Cakupan layanan PD PAL
Jaya meliputi seluruh wilayah DKI Jakarta. Dengan diterbitkannya Perda 3 Tahun
2013 PD PAL Jaya mulai mengembangkan Layanan Lumpur Tinja Terjadwal (LLTT) yang
sebelumnya dikelola Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta berdasarkan
permintaan.
Visi: Sebagai perusahaan yang kompeten dalam
meningkatkan kualitas lingkungan fisik
kota dari dampak pencemaran air limbah
kota dari dampak pencemaran air limbah
Misi: Memberikan jasa pelayanan pengelolaan air
limbah sistem perpipaan/sistem terpusat, sistem komunal, sistem setempat,
sistem penyedotan air limbah tanki septik dan kegiatan pendukung lainnya
seperti sistem air daur ulang, layanan pemeliharaan jaringan pipa air limbah gedung
/sistem plumbing serta pengolahannya
Bicara akses kualitas layanan air minum yang layak, sangat
penting. Karena pada dasarnya, manusia nggak bisa hidup tanpa air. Kita tahunya,
yang susah air di kawasan Indonesia Timur. Kamu yakin di Jabodetabek atau Jakarta
yang adalah Ibukot negara, masyarakatnya sudah terakses dengan layanan air
minum yang layak? Jawabnya belum.
Mengubah pola prilaku manusia tidak mudah tapi nggak berarti
nggak bisa. Oh ya, untuk mencapai tingkat keberhasilan program memang perlu
kerjasama semua pihak. Pemerintah, swasta dan masyarakat. Tapi apakah harus
begitu. Nggak juga. Di sebuah perkampoungan di wiayah Tebet Timur, ada
perumahan yang berada tepat di sisi kali. Rumah-rumah
walau dipinggir kali, tertata rapih dan memiliki kloset/WC. Tapi dialirkan langsung ke sungai.
Jreng...jreng...horor nggak sih? Kali/sungai depan rumah kita kerap dilalui
kuning-kuning lembek?
Jangan mual atau mau muntah dulu, makanya apa yang kita makan
dan apa yang kita keluarkan harus menjadi tanggung jawab kita. Jangan setelah
isi perut dikeluarkan, enak, lega terus santai. Pernah cari tahu nggak, ke mana
kelanjutan dari buangan isi perut kita?
Pernah baca/dengar informasi pemda DKI menganggarkan sekian M
untuk pembuatan septic tank di Jakarta Barat? Saya kaget dong, secara Jakarta Barat
bagian dari Jakarta. Orang meributkan anggaran yang miliaran rupiah, saya lebih
menyoroti ketidakadaan septic tank. Jakarta barat itu termasuk kawasan padat
penduduk. Ngeri banget nggak sih?
Blogger & Vlogger bersama Pak Wahyono Dok. Pri |
Namun dibanyaknya situasi atau kondisi yang mengerikan,
selalu ada setitik cahaya pengharapan. Siapa yang suka nongkrong di seputaran
wilayah Tebet? Tebet ini, memiliki banyak tempat untuk nongkrong. Mulai dari
taman honda, warteg sampai kelas kopi kekinian. Tapi tahukah anda, di bilangan
Tebet ini, khususnya Tebet Timur masih ada yang belum memiliki septic tank.
Tapi ada individu-individu yang kesadarannya sudah tinggi. Dengan
kesadaran tersebut, mendorong mereka melakukan hal kecil yang berdampak bagi
lingkungan sekitar. Mempelopori pembangunan septic tank pribadi dengan biaya
sendiri. Wahyono, lelaki yang memiliki, lima anak dan seorang cucu. Mengeluarkan
biaya pribadi Rp. 5 juta untuk membangun septick tank depan rumah dengan ukuran
2x1x1 m.
Ketika ditanya mengapa dan untuk apa, jawabannya nampol!
Untuk kesehatan. Terinspirasi saat pulang ke kampung halamannya, di Jawa. Di sana
sudah ada pembangunan MCK, “Malulah saya. Masa di kampung sudah dibangun, saya
di jakarta nggak punya septic tank?”
Blogger & Vlogger Bersama Ibu Wiwi. Dok. Rafika |
Cuma sampai disitu, nggak. Masih ada Ibu Wiwi. Yang
menyediakan lahan rumahnya untuk pembangunan beberapa sepric tank hingga bisa
memfasilitasi banyak rumah. Memang salah satu kendala pembangunan septick tank
adalah keterbatasan lahan. Tapi bukan berarti nggak bisa. Masih ada orang-orang
seperti ibu Wiwi. Dengan ibiaya mandiri sekitar Rp 20 jt rupiah mempelpori
pembangunan septick tank dan IPAL_Instalasi Pengolahan Air Tinja.
Yang membuat saya salut dan hormat, pembangunan tersebut
didorong kesadaran pentingnya Sanitasi Aman dan keinginan memiliki lingkungan
yang bersih dan sehat. Selain Pak Wahyono dan Bu Wiwi, Masih ada Pak Susanto, sanitarian dari RW 10 RT 08 tebet timur
yang dengan sukarela mengurus dan mengingatkan warganya menggunakan septic
tank. Pak Susanto juga menjaga IPAL.
Pak Susanto, Sanitarian Tebet |
Memang perlu proses dan waktu yang panjang. Kalau menurut Wakil Puskesmas Kecamatan Tebet, Bidang
Kesehatan Lingkungan, Zaidah Ummami, Perlu
mengubah pola pikir dan pola prilaku masyarakat.
Jangan
Membenarkan
yang biasa tapi harus Membiasakan yang benar.
Yuk ah terapkan
Sanitasi Aman, mulai sekarang. Kalau bukan kita? Siapa lagi? Pola hidup Bersih
dan sehat termasuk menerapkan Sanitasi Aman akan menciptkan lingkungan hidup
yang bersih dan sehat. Dengan begitu kita bisa berperan aktif menyiapkan
Indonesia Sehat.
Duuh miris aku bacanya, agak mual juga, suksesssss membuatku mual yak
ReplyDeleteLoved reading thiss thanks
ReplyDelete