Udah Nelepon Nyokap hari
ini? Buat yang Ibunya sudah meninggal, pertanyaan itu bakal terasa menyakitkan.
Karena sudah nggak bisa menelepon Ibunya. Banyak kawan saya yang ikutan senang
kalau saya posting foto dan kabar seputar aktifitas saya dan Mama di media
sosial. Karena mereka sudah tidak bisa. Bahkan tidak sedikit yang
merasakan rindu luar biasa, mendengar suara Ibu atau melihat senyum Ibunya.
Biasanya saya cuma bisa menghibur dengan mengatakan, kirimkan doa-doa terbaik
buat almarhum.
Saya salah
seorang yang beruntung karena masih diberi kesempatan mengurus, melayani dan
berbagi keceriaan dengan Mama. Sept 2017, Mama genap berusia 88 tahun. Usia
yang lumayan tua. Karena itu, saya dan kakak-adik lainnya, paham betul dengan
kondisi Mama. Beliau dalam keadaan sehat tapi semua kemampuan pancaindera dan
metabolisme tubuhnya sudah menurun. Maka kini, kewajiban kami, kakak-beradik
merawat mama, seperti mama merawat kami, dulu.
Udah
nelepon Nyokap adalah sebuah gerakan sosial yang digagas Harry
Setiawan. Pada satu kesempatan di penghujung tahun 2017 lalu. Dalam rangka
memperingati Hari Ibu, saya dan banyak blogger diundang Womenation, sebuah
Komunitas Perempuan yang mempunyai Visi dan Misi untuk
menghargai dan memberdayakan perempuan sehingga memberikan kontribusi positif
untuk bangsa. Demikian dijelaskan Myrna Soeryo selaku Chief
Community Officer Womanation. Womanation ingin memberikan
apresiasi kepada para ibu yang telah
berjasa dalam mendidik dan membesarkan anaknya.
Womanation menjadi mitra kampanye Gerakan Udah Nelpon Nyokap. Menurut Myrna Soeryo, "hal-hal kecil seperti menelpon ibu dan menanyakan kesehariannya di kala usia senja termasuk apa yang dimakannya dapat membantu mempererat tali kasih antara ibu dan anak”
Harry Setiawan - Penggagas Udah Nelpon Nyokap, Mengatakan Gerakan Udah Nelpon Nyokap, diharapkan menjadi pengingat, generasi milenial dan generasi Gen X. Agar menjaga bahkan meningkatkan kualitas hubungan dengan orangtua, bukan cuma dengan ibu.
Udah Nelpon Nyokap, lahir dari penyesalan Sang Penggagas yang tak lagi dapat menelepon Ibunya. Harry bercerita dengan nada getir, bagaimana ia menyesali tak sering-sering berkomunikasi dengan Ibunya, semasa masih hidup. Kesibukan kuliah, kerja dan berkeluarga menjadi alasan tak sempat. Ketika Sang ibu kembali ke Pangkuan illahi, saat sudah memiliki pekerjaan mapan, keluarga nyaman, yang ditelepon sudah nggak ada.
Menurut Psikolog Ajeng Raviando, tak dipungkiri, setiap orang memiliki kedekatan yang berbeda dengan orangtuanya, terutama dengan Ibu. Saya setuju dengan Mba Ajeng, sejujurnya saat saya remaja, saya merasa Mama itu seperti jangkar yang mengikat di kaki. Membuat saya susah ke mana-mana. Kalau mau pergi main/hangout dengan kawan-kawan, keluar izinnya susah banget. Tapi dikemudian hari, saya harus berterima kasih pada Mama. Karena larangannya, adalah bentuk cinta yang lain.
Tidak sedikit kawan-kawan saya yang mempunyai
masalah sama, cuma beda penyelesaian. Kekesalan semasa remaja/mahasiswa membuat
hubungan dengan Ibu menjauh, terbawa hingga berumah tangga. Dan baru menyesal
kala Ibu meninggal. Saya berserta kakak-adik selalu dikondisikan Almarhum Papa
untuk mendekatkan diri ke Mama. Jadi semua persoalan harus selesai, tidak boleh
disimpan menjadi dendam. Sehingga kami, kakak-beradik terbiasa menyelesaikan
persoalan saat itu juga.
Saat ini, Mama tinggal dengan Kakak tertua saya.
Tapi di Komplek perumahan yang sama, tinggal kakak saya yang lain. Kami yang
jarak rumahnya tidak terlalu dekat, biasa datang ke rumah Mama seminggua 3-4
kali. Kalau tidak datang, menyempatkan diri menelepon, untuk mendengar suara
Mama dan bercanda. Oh ya Mama saya hobi banget bercanda.
Kalau menelepon Mama, pertanyaan pertama, apa kabar
Ma? Yang selalu dijawab dengan tegas. Selalu baik-baik dong.
Pertanyaan berikut, Sudah makan Ma? Dijawab,
emangnya saya, anak kecil, makan saja harus di cek?
Oh bukan begitu, kan saya tidak tahu, Mama sudah
makan atau belum. Kalau sudah, boleh tahu Mama, makan apa?
Dijawab Mama, datanglah ke sini dan lihat di meja
makan, ada apa?
Kalau mama menjawab seperti itu, nggak hitungan
tiga, saya pasti meluncur ke Mama. Senang rasanya melihat keheranan di wajah
Mama, kala saya masuk ke kamarnya. Pasti ditanya, naik apa? Saya jawab,
Helikopter dong. Lalu kami tertawa bersama-sama.
Wailayati Ningsih - Senior Health and Nutrition
Manager Danone Indonesia menyampaikan “Setiap hari adalah hari yang pantas
untuk menunjukkan kasih sayang terhadap ibu. Namun, tidak ada salahnya lebih
mengistimewakan beliau di setiap hari Ibu, 22 Desember dengan menelpon beliau
dan sekedar bertanya “Apa kabar Ibu hari ini? Apakah Ibu sudah makan? Apa
lauknya tadi?” ….. kalimat yang sama, yang dulu selalu beliau tanyakan kepada
kita “kamu sudah makan nak ? Makan apa tadi?”. Kalimat yang begitu indah penuh
makna dan kasih sayang. Dulu ibu yang selalu sibuk menelpon kita dan menanyakan
“apakah sudah makan atau belum”, dan sekarang giliran kita yang melakukan hal
tersebut kepada ibu.
Buat saya, mendekatkan diri agar bisa bersama Mama
adalah momen yang selalu saya lakukan. Bukan cuma menelepon menanyakan kabar
atau sudah makan atau belum, tapi membawakan buah atau makanan kesukaan mama,
lalu dinikmati bersama, buat saya jauh lebih menyenangkan. Mama berhak
mendapatkan yang terbaik setelah merawat saya serta kakak-adik hingga kami
berumah tangga semua.
Awal tahun 2017, Mama masuk Rumah Sakit dan harus dirawat.
Kami punya grup Whats App keluarga,begitu diposting info Mama sakit, langsung
cari tahu. Di mana, ke RS apa?, dengan siapa, kapan, dll. Biasanya
RS yang dipilih selalu RS yang terdekat dengan rumah. Dua adik saya dokter,
biasanya langsung diskusi dengan dokter yang bertugas.
Kami punya kebiasaan, menjaga Mama saat malam di RS
secara bergantian. Walau sepanjang siang atau sore kami berkumpul semua. Tapi
jam besuk berakhir, kami pulang. Tapi ada dalam satu malam, kami semua anak
berjaga, kalau yang jumlah saudaranya di bawah lima, mungkin tak apa-apa. Saya bersaudara
11 orang, semua perempuan. Dan 11 perempuan dewasa ada di kamar Mama, berarti
ada 12 perempuan, dokter dan perawat tidak bisa protes. Bisa dibilang saat ini
kami berkejaran dengan waktu. Tak mau kami kehilangan moment bersama Mama.
Oh ya Gerakan Nelpon Nyokap, juga didukung Danone
yang mengkampanyelkan “Isi Piringku”. Yaitu gerakan yang mengutamakan nutrisi
sehat untuk hidup yang lebih baik. Kampanye “Isi Piringku” mendukung program
Kemenkes, mengenai Gerakan Masyarakat hidup sehat atau GERMAS. 3 hal yang
disosialisasikan lewat program GERMAS.
1.
Perbanyak
bergerak/Olahraga
2.
Cek kesehatan secaran
rutin
3.
Perbanyak konsumsi buah
dan sayur.
Nah pada poin ke 3, Perbanyak konsumsi buah dan
sayur. Ini yang erat kaitannya dengan Kampanye Isi Piringku. Di atas saya
mengulas kedekatan hubungan saya dengan Mama termasuk urusan makanan. Dengan usianya
yang menua, Mama sudah mulai sulit makan dan minum. Jadi kalau ada anak Mama
yang tidak bisa datang ke rumah Mama, biasanya menelepon. Ya itu tadi untuk
menanyakan, sudah makan atau belumj, sudah minum air putih atau belum, jusnya
sudah di minum atau belum. Mama tidak akan protes menerima telepon berkali-kali
dengan pertanyaan yang sama, karena daya ingat Mama sudah menurun.
Bahkan kalau kami sedang berkumpul di rumah Mama,
secara bergantian kami akan membawa segelas air putih dan meminta Mama untuk
meminum walau hanya seteguk atau dua teguk. Kulit Mama sudah keriput banget
bahkan terlihat renta, tersentuh sesuatu yang agak keras saja bisa terluka. Kulit
Mama sudah tidak elastis, bisanya kami secara bergantian mengolesi body lotion.
Nah kalau urusan makan agak berbeda nih. Mama lupa kalau sudah makan.
Keluhannya, kok saya tidak dikasih makan. Bayangkan, kalau kami antar saudara
tidak mengenal dengan baik, ujung-ujung berantem. Kok Mama nggak diurus? Karena
hubungan kami terbilang baik, biasanya secara bercanda, salah satu dari kami
akan memeluk dan menyentuh perut Mama. Kalau sudah makan, perutnya terasa penuh
dan agak keras.
Wah perutnya penuh gini, masih lapar, Ma? Biasanya kami akan tergelak-hgelak mendengar
jawaban Mama. Saya nggak bilang lapar. Saya bilang, saya kok nggak dikasih
makan? Biasanya kami mendadak serius menatap Mama, dan bertanya, sekarang Mama
mau makan apa? Mata Mama akan berbinar-binar dan menjawab Duren. Meledaklah
tawa kami semua. Itulah Mama. Mama sehari-hari 5 kali makan dengan porsi kecil.
Sayuran berkuah, ikan dan sambel. Buah sehari 3 kali, pepaya atau mangga (kalau musim) dan pisang. Melon,
pir dan semangka kalau mau. Bubur Menado menjadi andalan bukan cuma untuk Mama tapi juga kedua anak saya. Karena dalam sepiring bubur menado, sudah ada karbo, protein, mineral dan vitamin.
Aldis Ruslialdi – Nutritionis mengatakan: “Pengenalan
asupan nutrisi seimbang pada anak memang harus dimulai sejak dini. Karena
nutrisi adalah sumber daya yang memungkinkan tubuh untuk berfungsi dengan baik
dan menjaga tubuh agar tetap sehat. Dari mana nutrisi yang baik ini diperoleh?
Ya dari berbagai makanan yang kita konsumsi, yang mengandung vitamin, lemak.
protein, karbohidrat, sehingga semua manfaat baiknya bisa diserap oleh tubuh.
Sebab, jika anak tidak bisa mendapatkan kebutuhan nutrisi yang baik, ini akan
berpengaruh pada organ dalam tubuhnya. Kesehatan anak pun akan terganggu, mulai
dari sistem kekebalan tubuh yang menurun hingga terganggunya perkembangan otak
anak.”
“Isi piringku” untuk tiap orang berbeda berdasarkan usia dan berat badan. Buat
anak dan remaja yang sedang dalam masa pertumbuhan, maka jumlah nutrisi yang
masuk harus berimbang, beragam dan bervariasi dalam jumlah yang cukup. Makanya sebagai
orangtua, saya sangat peduli dengan asupan gizi pada anak. Sejak mereka sekolah
hingga sekarang kelas 3 SMP dan kelas 3 SMA, mereka selalu sarapan dan membawa
bekal. Bukan karena tidak mengizinkan mereka jajan tapi karena saya peduli
dengan apa yang mereka makan. Mereka mendapat uang jajan selayaknya. Karena
saya sudah menanamkan pentingnya makan makanan bersih , sehat dan bergizi untuk
pertumbuhan, kedua anak saya, tumbuh sehat dengan prestasi akademi yang
membanggakan. Terbaik di sekolah, bukan cuma di kelas.
Sedangkan pada orang dewasa, “isi pringku” biasanya
terbagi tiga. 1/3 untuk protein dan 2/3 untuk sayur dan buah. Orang dewasa
hanya membutuhkan sedikit karbohidrat. Berbicara “Isi Piringku” sebetulnya
sebuah program yang mengajak masyarakat untuk menerapkan pola makan sehat agar bisa menikmati hidup sehat.
Menuju 100 tahun Indonesia merdeka tahun 2045, kita
perlu mendukung program pemerintah dengan menerapkan pola hidup sehat. Dimulai
dari rumah, sebagai ibu dan istri saya saya menyajikan yang terbaik bagi
pasangan dana anak-anak. Saya percaya jika setiap orangtua menyadari dan memberikan
asupan gizi yang terbaik bagi anak-anak, maka generasi mendatang adalah generasi
anak-anak yang siap bersaing untuk memimpin bangsa.
Wew, gerakan positif ini bagus.. Perlu dilanjutkan, nelpon nyokap yuk!
ReplyDeleteUdah nelpon nyokap?
DeleteWew, gerakan positif ini bagus.. Perlu dilanjutkan, nelpon nyokap yuk!
ReplyDeleteSemoga ibunda selalu sehat ya mbak...
ReplyDeleteTerima kasih
DeleteLucu ya mamah ny bun... Semoga mamah selalu sehat ya bun berkat kasih sayang dr ank2 nya
ReplyDeleteSangat lucu.
DeleteHadew, berasa kesentil...aku jarang telepon karena ga auka telepon tapi bicara langsung.
ReplyDeleteSaya suka nelpon karena jadi becandaan
DeleteGaul banget yah nyokapnya bun?
ReplyDeleteSemenjak nikah agak jarang aku telpon mama, keren banget nih gerakan ini bikin aku kangen mama dan mau telpon mama sekedar tanya kabar
Saya jarang banget telpon nyokap :) tapi abis baca ini jadi pengen telpon nyokap pas lagi di kantor..
ReplyDeleteGerakan sosial nya bagus ya. Kadang memang aq juga suka lupa untuk tlp mama.
ReplyDeletekangenlah jadi sama mamak. nelpon ah nanti malam. Gerakannya bagus banget. Buat orang perantauan kayak saya kadang lupa nelpon nyokap
ReplyDeleteAku pun jarang nelpon ibu kalau lagi bepergian :(
ReplyDeleteKerakan nya keren. Harus dilakukan sering-sering nih
ReplyDeleteMemperbanyak makan buah dan sayur nih salah satu resolusi buat hidup sehat jg di tahun ini TFS ulasannya bun
ReplyDeleteNelpon nyokap, udah nih bun :D
ReplyDeletenah kadang suka kelewat olah raga... huhu