Rinai hujan getarkan sukma, lenakanku dalam gigil yang paling
gigil
Berbilang puluhan purnama, menggores rindu nan kental di kalbu
Adakah yang lebih pedih
dari rindu tak terbalas?
Cuma satu penawarnya, pertemuan
Ya, pertemuan akan tawarkan rinduku
Tapi kau sudah kukubur dalam bilangan waktu
Bersama luka-luka penantian yang tak kunjung tiba
Rinduku ‘kan terbang bersama serpihan asa yang putus
Pudar bayangmu, hilang ditelan masa
Bersama rinduku yang patah
Ketika denting lonceng kematian berbunyi
Mengiringi prosesi ritual nyanyian nan sunyi
Tentang penantian yang sia-sia
Tentang rindu yang tak terbalas
Tentang rindu yang tak tereja
Mulut terkunci tiada aksara terangkai
Enggan memaksa bisu yang sepi
Kala rindu tak tereja, sebilah belati mengiris pedih
Adakah aksara yang mampu ungkap rasaku?
Mengeja pedih menahan rindu?
Larangan Indah, 2 Februari 2016
Pk. 15.05
Sedih benar ya Bunda, rindu yang tak terbalas hIks
ReplyDeleteJangan lupa daftar di kolom komentar pada postingan GA saya ya Bunda data diri dan link puisinya :)
Terima kasih Bunda sudah ikutan GA saya :)
hiks sedih banget maak..
ReplyDeleterindu yang tak tereja
ini jagonyaa baca puisi juga, ahh sukaa deeh!!
Andai rindu berbuah mungkin gurun sudah berubah menjadi kebun kurma
ReplyDelete'Larangan indah' kata-kata yang indah tak pernah terpikikan... rangkain kata yang indah ^^ suka deh
ReplyDeletepuisinya bagus mbak
ReplyDelete