Sebagai blogger, saya merasa bangga bisa membangun jaringan dengan banyak pihak. Dulu saat masih jadi reporter, ketika datang di sebuah acara/press conferens biasanya karena tugas/ ditugaskan. Sekarang saya datang atau diundang atas nama pribadi. Ya atas nama Elisa Koraag. Dan mendapatkan undangan dari Puskom Publik Kemenkes RI untuk ramah tamah dengan Ibu MenKes, menjadi sebuah kehormatan. Siapalah saya?
Maka dengan memanfaatkan ojek kekinian-Go-Jek, saya tiba di Gedung Kemenkes di kawasan Kuningan, Jakarta. Tiba di Aula Ruang Kaca Lt 2 - belum terlambat walau blogger yang hadir sudah lumayan banyak. Acara di awali makan siang, jujur saya gak selera makan. Saya lebih senang bersapa dengan kawan-kawan dari Puskom Publik dan sesama Blogger tapi tetap ngemil sih.
Sekitar pukul 13.00, Menteri Kesehatan RI , Prof. Dr. dr. Nila Djuwita Moeloek, SpM (K), Sekretaris Jenderal Kemenkes RI, dr. Untung Suseno Sutarjo dan Dr. Donald Pardede, MPPM, Kepala Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan Kementerian Kesehatan memasuki ruangan. Beberapa bulan lalu di Peringatan hari TB Nasional, saya dan kawan-kawan mendapat kesempatan membacakan puisi di depan beliau. Pengalaman yang tidak terlupakan.
Undangan hari ini adalah ramah tamah, jadi awalnya kami yang diundang agak jaim-jaga image tapi segera keluar aslinya ketika pembawa acara Mas Anjari Umarjiyanto membuka dengan to the poin mengatakan hari ini acaranya santai. Dan yang membuat suasana kaku langsung lumer, ketika Mas Anjari yang biasa kami sapa dengan sebutan kesayangan “Eyang” membuka rahasia bahwasannya para blogger rela “membeli” baju batik demi tampil mempesona hari ini.
Ibu Nila tampak tersenyum mendengar penjelasan Eyang Anjari dan acarapun berjalan dengan nyaman. Oh ya, kami yang diundang adalah Blogger yang tergabung dalam Sahabat JKN. Kami sudah beberapa kali mengikuti kegiatan yang diadakan Puskom Kemenkes. Diawali dengan sosialisasi BPJS JKN tahun lalu. Jadi, kami para blogger sudah cukup mengenal beberapa staf Puskom Publik kemenkes. Maka sudah terasa jalinan keakraban, sejak kami datang.
Ibu Nila Moeloek pun menyapa kami dengan hangat. Beliau mengucapkan terima kasih karna kami bersedia hadir. Hm siapa juga yang bakal menolak diundang ramah tamah sama menteri? Bahkan tidak sedikit yang berharap dapat undagan semacam ini. Ibu Nila membuka acara dengan mempresentasikan pertumbuhan penduduk.
Pertumbuhan penduduk, bukan sekadar angka. Banyak permasalahan di sana. Benar kwantitas adalah sebuah kekuatan tetapi pertumbuhan penduduk yang tak terkendali akan menimbulkan banyak persoalan. Yang paling nyata adalah masalah makan dan kesehatan. Tidak cukup makan akan menimbulkan masalah sosial seperti kemiskinan dan besar kemungkinan berakhir pada kriminalitas.
Lalu akan berdampak pada kesehatan. Karena tidak cukup makan berarti kekurangan gizi. Kekurangan gizi menjadi awal tumbuhnya bermacam-macam penyakit. Kurang gizi-sakit-kwalitas hidup rendah-bodoh. Rantai yang menakutkan. Bagaimana bisa meningkatkan kwalitas hidup masyarakat jika pertumbuhan penduduk tidak terkendali.
Ibu Nila mengatakan: “Tingkat populasi penduduk Indonesia cukup tinggi, dengan 45% usia produktif. Diharapkan masyarakat berada dalam kondisi sehat sehingga produktif dan menolong masyarakat tidak produktif." Kenyataannya tingginya masyarakat usia produktif, bukan produktif dalam berkarya. Tapi lebih pada produktif melahirkan anak.
Lebih lanjut Ibu Nila mengingatkan, seharusnya masyarakat dengan usia produktif bisa turut membiayai orangtua yang sudah lanjut usia/tidak bekerja. Tapi keadaan masyarakat di Indonesia, malah banyak para lanjut usia yang masih menghidupkan anak-anak dengan usia “produktif”.
Saya pribadi sudah merasakan fasilitas BPJS. Putera sulung saya menikmati fasilitas BPJS untuk perawatan, pemeriksaan dan obat-obatan karena sakit TB. Karena itu saya sangat bersemangat untuk mesosialisasikan BPJS. Mulut saya nggak berhenti ngoceh deh kalau bicara BPJS. Karena ini asuransi sosial, di mana kepedulian pada sesama menjadi kekuatan. Saat kita peduli maka walau tidak sakit (Berdoa agar jangan sakit) tetap mau menjadi anggota BPJS dan membayar iuran tepat waktu. Agar iuran yang dibayarkan bisa untuk membiayai perawatan orang lain yang sakit.
Saat acara saya duduk disebelah kawan blogger saya Grace Melia yang memiliki Anak Berkebutuhan Khusus akibat terlahir dengan cacat bawaan akibat virus TORCH. Grace mempertanyakan karena dalam BPJS belum menanggung biaya therapy dan beberapa test kesehatan terkait TORCH. Mungkin karena bertemu dengan Menteri Kesehatan, Mama Ubii ini nanyanya banyak banget. Saya mengerti, ia ingin memanfaatkan kesempatan yang belum tentu ada lagi. Ibu Nila menanggapi dengan serius dan mendoakan Grace yang sedang hamil anak kedua, agar anaknya terlahir sehat. Ibu Nila berjanji akan memperhatikan keluhan dan masukan dari Mama Ubii. Semoga bisa memberikan solusi ya Grace.
Blogger Anisa, sempat
menanyakan program KB yang beritanya nyaris tak terdengar. Program KB masih ada tapi pemerintah
berkonsenterasi pada program-program yang lebih penting untuk diutamakan. Lalu
pernikahan dini? Emang masih ada? Masih. Mungkin tidak di Jakarta atau di
kota-kota besar. Tapi disudut Indonesia raya, pernikahan dini dianggap solusi
tercepat melepaskan beban orangtua. Dengan menikahkan anak perempuan, orangtua
perempuan mendapatkan semacam pengganti “uang susu” dan lepas beban. Karena si
anak perempuan menjadi tanggungan suaminya atau keluarga pihak suami.
Apakah selesai sampai disitu? Ya enggaklah. Malah
memperpanjang rantai kemiskinan.
Kebayang nggak pasangan muda ini memproduksi anak? Lalu bagaimana nasib
siibu muda dan anak-anaknya. Bergantung pada seleksi alam. Kalau dapat akses
informasi bisa menjadi lebih baik. Kalau tidak yang jadilah beban negara.
Kondisi negara Indonesia yang berbentuk kepulauan,
menjadi salah satu kendala dalam menyebarluaskan informasi maupun fasilitas
kesehatan dan pendidikan. Keterbatasan sarana transportasi dan komunikasi
menjadi hal utama. Inilah hal terbesar yang harus diperhatikan pemerintah
terlepas dari masalah kesehatan itu sendiri. Masalahnya kompleks tapi tidak
berarti pemerintah diam atau putus asa. Segala cara tetap diusahakan, salah
satunya ada di Program Nusantara Sehat.
Terkait kesehatan secara nasional, Ibu Nila mengingatkan,
kalau sekarang ini banyak sekali penyakit karena gaya hidup. Beberapa puluh
tahun lalu belum ada tapi seiring adanya perubahan gaya hidup, penyakit baru
berdatangan. Kalau dipikir-pikir, betul juga. Ketika sarana transportasi
semakin baik (bukan macet) tapi ketersediaan transportasi, masyarakat sudah
sangat jarang yang berjalan kaki atau bersepeda.
Gedung pencakar langit dengan fasilitas rumah kaca terus
dibangun dan masrakat terbiasa dengan pendingin udara. Lalu udara sehat tidak
lagi didapat dari udara terbuka. Eskalator dan lift menjadi fasilitas antar
tingkat dan lagi-lagi membuat kita malas bergerak. Jika dulu untuk mencari makan
kita perlu ke luar, sekarang tinggal lihat gadget, piih-pilih dan nggak sampai
30 menit makanan datang. Maka stroke, hipertensi, jantung, Diabetes menjadi penyakit yang lekat karena gaya hidup.
Mas Umar, Blogger yang menderta diabets mengusulkan agar
dimulai dari kemenkes untuk menghimbau karyawannya bersepeda. Senam seminggu
sekali sepertinya nggak cukup, perlu ada bukti lebih konkrit dari PNS di
Kemenkes untuk menjadi contoh dalam pelaksanaan gaya hidup sehat. Bu Menkes
menanggapinya dengan senyum.
Dan pertanyaan kekinian yang menjadi trending topik,
keluar dari Yuri No Hana yang mempertanyakan fatwa haram BPJS. Saya paham benar
perasaan kawan-kawan yang muslim terkait isyu BPJS haram. Pak Sekjen Untung
Soseno menjelaskan hal tersebut sudah diklarifikasi tidak benar. Memang ada
yang harus diperbaiki tapi bukan haram. Dan dalam pertemuan dengan MUI tidak
ada pernyataan haram. Lebih lanjut Pak Sekjen mengakatakn Kemenkes akan terus
melakukan dialog dengan MUI, LSM, pengelola BPJS dan OJK. Untuk itu masyarakat
dimohon tidak perlu resah.
Pertemuan setengah hari nggak cukup, tapi Ibu Menkes memiliki
agenda yang padat. Bersyukur beliau masih mau mengagendakan bertemu dengan
blogger. Acara diakhiri dengan foto-foto. Cuma blogger gaul yang selfi sama menteri. Tapi sumpah Ibu
Menkse cool banget, melayani foto. Terima kasih Bu Nila juga Puskom Publik
Kemenkes. Kapan-kapan, kita diundang lagi ya.
Wah... Bisa foto bareng mentri... Keren... ;)
ReplyDelete