Curhatku

Curhatan Rasa Koepoe Koepoe: Jelajah Rasa Cinta




Saya terlahir sebagai anak ketujuh dari sebelas bersaudara yang semuanya perempuan. Kami mendapat kesempatan pendidikan yang sama, Jika pada akhirnya ada yang memilih menjadi wanita karir atau istri dan ibu, sepenuhnya pilihan ada pada kami. Ibu saya, guru. Ia berhenti mengajar diusia 61 th. Kini usianya jelang 86 th dan dalam kondisi baik.  Karena sebagai perempuan bekerja, Ibu tak secara khusus mendidik ketrampilan perempuan seperti memasak kepada anak-anaknya.

Kami belajar secara otodidak. Ibu memasak pagi untuk sarapan dan makan siang. Sepulang Ibu bekerja, baru memasak lagi untuk makan malam. Bersama -sama ada di dapur adalah cara belajar secara langsung lewat melihat dan membantu. Kami tidak pernah memiliki Asisten Rumah tangga. Tiap anak memiliki tugas dan kewajiban yang merata, maka membantu ibu di dapur juga bagian dari tugas keseharian.

Kedua orangtua saya, berasal dari Manado, sedangkan saya menikah dengan laki-laki dari Gorontalo. Bisa dibilang selera makan kami tidak berbeda jauh. Kami sama-sama penggemar makanan laut terutama ikan. Maka berbagai jenis ikan dan berbagai  olahan ikan menjadi resep wajib. Saat saya bekerja penuh waktu sebagai karyawan, memasak hanya saya lakukan diakhir pekan. Saya memasak dengan seluruh rasa cinta yang saya punya. Semacam penebusan rasa bersalah karena Senin-Jumat saya bekerja sebagai karyawan.

Bumbu instan Koepoe koepoe adalah salah satu kawan setia, perempuan model saya yang terbatas waktu dan tenaganya. Variannya yang sangat banyak, sangat membantu dari sisi kepraktisan dan rasa.  Jika ada yang mengatakan  Koepoe koepoe sebagai bumbu instan yang tidak asli, saya hanya tertawa. Kwalitas tidak dapat dibohongi, bertahannya bumbu instan Koepoe koepoe hingga saat ini adalah bukti kwalitasnya yang layak dipercaya. Terbuat dari bahan alami yang berkwalitas baik. Koepoe koepoe adalah brand yang sudah ada sejak saya kecil. Ibu saya adalah orang yang mengenalkan saya pada kebiasaan minum teh sore hari dengan kue-kue. Bumbu dengan gambar koepoe koepoe adalah sesuatu yang sudah biasa saya lihat di dapur Ibu.  Kelak saya besar saya baru tahu istilah "Tea time". Padahal sudah saya lakukan sejak saya kecil. Biasanya pukul empat sore kami sudah bangun dari tidur siang dan sudah mandi. 



Saat itu Ibu sudah mengatur gelas-gelas teh dan sepiring kue yang boleh kami makan sebelum bermain. Saya baru sadar, mengapa saat kecil saya tak pernah jajan sore-sore, karena kami sudah menikmati kue-kue buatan Ibu. Curhatan rasa ini adalah bagian dari saya menjelajah ke ingatan masa kanak-kanak. Suatu masa indah yang tak bakal terulang. Dan saya baru menyadari, sebetulnya penyajian kue sore hari, adalah cara Ibu memberikan asupan makanan yang bersih dan sehat serta mengelola keuangan. 

Memenuhi kebutuhan 11 anak yang semua bersekolah dalam rentang satu waktu, tidaklah mudah. Tapi kenyataannya, kami ber 11, semua menyelesaikan perguruan Tinggi. Ibu memang manajer keuangan yang handal. Di tangan Ibu juga asupan gizi keluarga dipertaruhkan. Mengelola keuangan bunkanlah hal mudah tapi menjadi sebuah keharusan manakala situasi dan kondisi menuntut.

Akhir pekan lalu, saya dan kedua anak saya menginap di rumah Ibu. Ternyata selain kami, adik dan kakak saya juga menginap berserta anak-anaknya. Banyaknya anak-anak terdiri dari keponakan dan cucu, mengembalikan ingatan pada masa kecil saya. Secara spontan saya mengajak bocah-bocah ini ke dapur. Melibatkan mereka adalah cara lain, belajar dari bermain. Melongok ke lemari penyimpanan, aneka pewarna dan perasa koepoe koepoe ada di sana. Juga tepung dan telur, maka kue cubit pelangi menjadi resep pilihan untuk dilaksanakan. Tak sempat tersaji cantik. Karena setiap matang langsung tandas diserbu. Gelak tawa dan wajah-wajah ceria, selalu menghangatkan hati.



Dulu Ibu selalu membiasakan kami sarapan dan membawa bekal ke sekolah. Dua hal ini  saya terapkan setelah saya menikah dan memiliki anak. Suami kerap membawa bekal ke tempat kerja. Ketika anak-anak sekolah, mereka juga membawa bekal. Walau saya bekerja, menyiapkan sarapan dan bekal tetap saya lakukan. Ketika si Sulung masuk SMP, saya sempat bertanya, apakah tetap mau membawa bekal? Si Sulung mengiyakan, hati saya sangat bahagia.




Kini anak-anak sudah beranjak remaja, saya tetap memberikan mereka cinta yang penuh baik lewat perhatian, pengasuhan dan kasih sayang serta asupan makanan. Keduanya juga termasuk anak ringan tangan yang mau membantu cuci piring, menyapu, mengepel dan membereskan tempat tidur. Kadang kami bisa seseruan bercanda di dapur atau di kamar tidur. Ketika mereka makan dan mengatakan masakan Mama, jempolan, Di situ hati saya melambung ke awan.

Kesetian perempuan memasak bagai bumbu instan koepoe koepoe. Waktu berjalan, aneka macam bumbu instan bermunculan tapi Koepoe koepoe tetap setia dan ada. Demikianlah perempuan dan kegiatan memasak. Berubahnya situasi dan kondisi setiap masa, tidak berpengaruh pada perempuan dan memasak. Karena akan selalu ada perempuan yang menjadikan memasak sebagai aktifitasnya. Boleh jadi banyak perempuan memilih berkarir dan bermain dengan gadget tapi makan adalah kebutuhan. Memasak adalah salah satu cara memfasilitas dan memenuhi kebutuhan akan lapar tadi.


Saya bertekad merawat cinta lewat lidah dan perut. Saya tak pandai dalam hal memasak tapi saya paham menjelajah perasaan pasangan saya dan kedua anak kami. Memasak menjadi hiburan yang menyenangkan. Saya dan suami tak segan membawa anak-anak ke pasar tradisional. Kami membebaskan mereka melihat, memegang dan memilih baik ikan, daging sapi, ayam maupun sayuran dan buah. Sejak balita anak-anak sudah menjelajah dan terbiasa dengan bau khas pasar.

Hasilnya, memasak menjadi kegiatan yang menyenangkan dan seru. Bahkan menjadi sesuatu yang saya rindukan kala saya tak bersama mereka. Ada satu momentum, di mana saya bertekad memanjakan suami lewat masakan. Suatu hari, suami kangen dengan "garang asam" masakan ibunya. (Saat itu saya masih bekerja) Maka saya katakan pada suami untuk membeli. Tapi entah mengapa, suami ingin saya memasaknya. Saya menolak dengan dalih saya lelah karena bukan akhir pekan.

Kami perang mulut . Akhirnya kami berdamai, setelah saya menelepon ibunya, mendengarkan, mencatat resep serta cara membuat garang asam. Ternyata tidak susah. Percobaan pertama, rasanya tidak karuan bahkan cenderung asin, namun suami memakan dengan nikmat. Dan hati ini terasa meleleh, ketika usai makan, ia memeluk dan mencium kepala saya seraya berkata, terima kasih. Sejak itu, saya tahu, saya bisa tetap memenangkan hati dan perhatian suami lewat lidah dan perutnya. Pada dasarnya ia "Family man", yang selalu makan di rumah.


Beberapa tahun kemudian saya berhenti bekerja dan memilih sepenuhnya menjadi istri dan ibu. Saya mengisi waktu dengan menulis di blog, melatih menulis anak-anak SMP-SMA  di grup FB dan berekperimen dengan berbagai resep. Saya akhirnya lagi-lagi memenangkan lidah suami. Kini ia lebih memilih masakan saya ketimbang ibunya (sst, jangan bilang-bilang ya) Menurut suami, kini ia terbiasa dengan makanan berbumbu dan sedikit pedas. Dulu saya mengenalnya, penyuka makanan tidak pedas. Maka semua masakan di rumah tidak memakai cabai. Tapi untuk saya, selalu ada sambal. Kini suami sudah bisa meminta yang pedas. Masih belum bisa makan sambal tapi sudah bisa makan masakan dengan campuran 4-5 cabai. 

Masakan Manado yang memang penuh rempah dan pedas, kini menjadi kesukaannya. Koepoe-koepoe meringankan tugas saya. Varian, merica, kayu manis, pala, bawang putih, kunyit juga ketumbar tinggal di tambahkan tanpa harus menghaluskannya lagi, Pada perjalanan menjelang 19 tahun pernikahan kami, bulan Juli mendatang, persamaan rasa dalam hal makanan sudah terjalin, berkelindan antara kesabaran dan kasih sayang dalam jiwa kami. Kalau ditanya apa istimewanya, semua juga tahu, bumbu cinta lahir dari hati yang putih. Bahkan kedua anak kami, selalu mengatakan Masakan Mama no satu karena ada kandungan cinta. Hati ibu mana yang tak melambung mendapati curhatan rasa suami dan  anak-anak?




Resep Tuna Rica Bumbu Cinta yang fotonya saya pamerkan di sini, bisa di dapat dengan mudah. Googling saja pasti akan dapat beberapa versi. Bahan dan cara membuatnyapun tidak susah. Yang membedakan hanya racikan cinta di dalamnya. Saya bukan perempuan atau istri atau ibu yang sempurna tapi setiap hari saya belajar untuk menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Suami dan anak-anak adalah fasilitas saya menjadi lebih baik. Mereka menyempurnakan kehidupan saya, seperti bumbu instan koepoe koepoe yang menyempurnakan jelajah rasa  dari  masakan-masakan saya.

27 comments:

  1. semoga dimasakin pas saya ke sana. #ngarep

    ReplyDelete
    Replies
    1. tulisannya bikin geregetaaan.... :D

      Delete
    2. Banyak yang harus diedit yah? tadi typonya sudah saya edit.

      Delete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. Ya ampun, 11 bersaudara n perempuan semua, kebayang ramenya mak. Btw Tuna ricanya menggoda tuh, pasti yummy.

    ReplyDelete
  4. Mamiiii... Setujuuu koepoe2 bumbu bubuk emg menyempurnakan rasa masakan 😍 aku sukaaa

    ReplyDelete
  5. Menang... Menang... Menang.... Keren mak Icha. Btw 11 bersaudara, dan semua perempuan? Heibad ibumu mak....

    ReplyDelete
  6. Semuaaa dengan cinta pasti enak ya mami...masakan mami icha pasti enaaakkkk *yang udah nyobain

    ReplyDelete
  7. Sedep bener tu kayaknya si tuna mak...warnanya menggodah...
    Koepoe2 ini memang soulmate di dapur dah y mak

    ReplyDelete
  8. Mami.. masakin aku dong..hehe
    aku belum nyobain masakan mami Icha nih.

    ReplyDelete
  9. Setuju, masak dengan cinta plang plung tetep dimakan saja :)

    ReplyDelete
  10. Masakan Mami Icha selalu bikin perutku kosoooong. Semoga nanti pas mudik bisa mampir ke rumah Mami Icha, biar bisa dimasakin. Huhuhuhu. :D

    ReplyDelete
  11. Mamicaaa.. aku mau dong resep lengkap kue cubit pelanginyaaaa :D
    Udah punya pewarna makanan koekopenya nih :D

    ReplyDelete
  12. Aku baru tau ada bumbu instan koepoe2 :D

    ReplyDelete
  13. Padahal ngakunya nggak terampil masak, tapi itu hasil masakannya kok endes-endes bangeeet Mamii. Koepoe-Koepoe se-membantu itu yah? Cuss beliiii *ikut2* hahaha

    ReplyDelete
  14. aww.. jadi ngidam nih kue cubit pelanginya..
    kirim dunk mamiii :)

    ReplyDelete
  15. Mak.. aku suka bubur manadomu. Aku baru tahu dari blogmu kalau koepoe-koepoe ada bumbu rempah juga.

    ReplyDelete
  16. Sebelas bersaudara, menyenangkan

    ReplyDelete
  17. Kemarin pas ke Bogor mau nyoban kue cubit yg lagi ngehots itu, tapi ngga jadi. :D

    Rica2nya level berapa tuh, Mamiiii. . .

    ReplyDelete
  18. Kue cubit? aku belum pernah makan tuh.... jadi pengen Mbak Icha.... masakin dong hehehe.
    BTW mbak Icha rajin bener masak2...

    ReplyDelete
  19. asiik ngga perlu ngulek2 yaa mami ichaa

    ReplyDelete
  20. Kue cubit pelanginya itu menggoda banget deh. Kapan ya bisa nyicipin masakan mami Icha :)

    ReplyDelete
  21. kebayang serunya yaa mbak icha punya banyak sodara perempuan ;)

    ReplyDelete
  22. mau dong nyicipin masakan mami icha

    ReplyDelete
  23. makanan rumah emang paling enak ... hahaha makanan rumah juga bisa membuat semua keluarga berkumpul :)

    ReplyDelete