Curhatku

Sudahkah Kamu Mensyukuri Kehadiran Orangtua dalam Hidupmu?


Puluhan tahun lalu, setiap mendengar lagu yang dinyanyikan Maywood, saya tak bisa menahan airmata. Sama seperti saat ini, padahal liriknya biasa saja. Tapi kesederhanaan komunikasi antara anak dan orangtua dalam hal ini ibu/Mama/Mami itulah seharusnya yang kita lakukan. berbicara dengan Ibu/Mama/Mami bukan sekedar isi komunikasi tapi lebih pada mengikat emosi. Hal yang sama bisa dlakukan dengan Ayah/Papa/Papi. Sayang Papa saya sudah almarhum. Makanya saya berbicara mengenai Mama yang masih ada.

Mother, how are you today?
Here is a note from your daughter.
With me everything is ok.
Mother, how are you today?
Mother, don't worry, I'm fine.
Promise to see you this summer.
This time there will be no delay.
Mother, how are you today?

I found the man of my dreams.
Next time you will get to know him.
Many things happened while I was away.
Mother, how are you today?


Menulis catatan ini, saya menyiapkan banyak tisue. Ya, perlu kekuatan luar biasa untuk menuliskannya. Saat ini, ibu yang biasa saya dan saudara-saudara saya panggil dengan Mama/Mami, akan berusia 86 tahun, bulan September mendatang. Saya tahu lahir, mati dan jodoh di tangan Tuhan. Tapi jujur, saat ini saya dan saudara-saudara saya, merasa kami sedang berpacu dengan waktu. Kami merasa takut tak cukup waktu melimpahkan perhatian dan kasih sayang kepada Mama.

Saat ini kondisi Mama baik-baik saja, tapi di mata kami, Mama tampak lelah. Itu pula yang sering dikatakan: "Saya lelah". Rasanya persendian saya menjadi longgar setiap mendengar Mama mengatakan "Saya lelah". membayangkan Mama diusia tuanya, sangat tidak ingin merepotkan. Jika mulai sakit dan merepotkan Mama mau Tuhan memanggilnya. Uh, rasanya campur aduk deh.

Awal bulan Maret, saya dan saudara-saudara berkumpul di acara arisan keluarga. kami sepakat ingin menyelenggarakan hari Balas Jasa yang kami sebut Malam Terima kasih dan Ucapan Syukur untuk Mama. Acara apaan sih?

Hmmm, bagaimana menjelaskannya ya? Sebuah acara di mana tiap anak di depan saudara-saudara sekandung, para suami (kami kakak-beradik perempuan semua) kerabat dan kawan mengucapkan terima kasih secara langsung kepada Mama, memohon ampun dan restu. Kok gitu? buat apa? Secara pribadi, pasti saya dan saudara-saudara sekandung saya pernah melakukan pembicaraan pribadi dengan Mama. 

Pastinya menyatakan sayang, memeluk, mencium, melayani, minta maaf dan minta restu sudah pernah dilakukan. Tapi ini acara khusus. Jujur sebenarnya saya nggak suka, karena tujuannya pengucapan syukur, harusnya penuh rasa sukacita. Tapi saya sudah bisa membayangkan acara ini akan banjir airmata.

Rencanakan akan digelar 12 April 2015, bertepatan dengan ulangtahun adik bungsu. 

Terus mengapa harus dilakukan? karena kami tidak sempat melakukan hal yang sama pada almarhum Papa. Semua menjadi tidak ada gunanya ketika orang yang kita cintai, kita hormati, kita sayangi tak dapat mendengar langsung dari bibir kita mengenai apa yang kita rasakan kepadanya. Pasti kita sudah pernah mendengar himbauan atau ajakan untuk mengatakan/ menelepon/ berbicara/ mengunjungi orangtua selagi mereka masih ada/hidup. Semua orang punya kegiatan, ketika terjebak pada aktifitas, waktu seolah merampas hidup kita. Lalu semua menjadi terlambat. Jarak. kemacetan dan banyak lagi alasan untuk membenarkan. 

Padahal satu  tahun 365 hari, Satu bulan 30-31 hari, Satu Minggu 7 hari, satu hari itu 24 jam. Satu jam itu 60 menit. Berapa panjang waktu yang ada, kalau kita tidak mengkhusukan menghubungi kedua orangtua kita, maka rasanya waktu yang nggak ada. padahal kita yang tidak menyediakan waktu.

Jika kita mencintai pasangan kita dan anak-anak kita bahkan kita tak mampu hidup tanpa mereka, kirta-kira apa yang dipikirkan orangtua kita? Bukankah orangtua kita juga punya pikiran dan peraaan yang sama?

Saya sempat mendapat karikatur yang menggambar seorang kakek (Laki-laki tua berkacamata) membawa HP dan mendatangi tempat service HP. Pelayan tempat service hp itu memeriksa hp Si Kakek. Lalu berkata: Tidak ada yang rusak, semua baik-baik saja dengan HP ini. Si kakek menerima HP yang diulurkan kepadanya seraya berkata "Tapi mengapa tidak ada anak-anakku yang menelepon aku?" Majleb, langsung menohok ke ulu hati. Sedihnya, bagi yang membaca ingin menelepon Ayah/Ibunya sudah tidak bisa karena kedua orangtuanya sudah meninggal.

Karena itulah kami merencanakan membuat acara "Say Thank You to Mommy". Acara syukuran penuh rasa haru dan banjir airmata. Walau dimulai dengan perbedaan pendapat (Maklum kami kakak-beradik 11 orang) tapi untuk satu tujuan mulia kami bisa kompromi dan acara berlangsung, Minggu 12 April bertepatan ultah si kembar. Nantikan ceritanya di blogpos selanjutnya ya.




7 comments:

  1. Tentang kakek2 yang nyervis hapenya, iya aku jgua pernah liat gambarnya. Dan tertohok sekali. :'(

    Btw, ruamenyaaa Mak sodara2mu... Seru, ya. Ditunggu postingan buat ibumu. :)))

    ReplyDelete
  2. Setuju Bunda Icha mengucapkan langsung sayang dan cinta sama orang tua memang harus dilakukan, jangan sampai menyesal setelah merek tiada.

    sedih bangat ya Bunda cerita si Kakek yang servis HP itu, semoga kita dijauhkan dari type anak2 si Kakek yang seprti itu. Aamiin

    Makasiiih Bunda, sudah diingatkan untuk selalu menjaga komunikasi dengan orang tua :)

    ReplyDelete
  3. Rame bangat ya Bun anggota keluarganya, kebayang klo lagi kumpung pasti seru :)

    Salam Hormat buat Mamanya ya Bun, semoga Beliau sll sehat. Aamiin :)

    ReplyDelete
  4. Jadi homesick lagi...

    ReplyDelete
  5. Inspiratif sekali MBak ide acaranya itu, trus gimana ceritanya?

    ReplyDelete
  6. ditunggu lanjutannya bundaaa :*

    ReplyDelete
  7. Aku selali suka melihat kekompakan keluarrga mami ichaaa. Happy banget lihat foto2nya. . .

    ReplyDelete