Curhatku

Mama, Samudera Kasih Tanpa Batas

Kami 11 bersaudara bersama Mama, Papa sudah meninggal.
duduk ditengah baris depan, saya berdiri di belakang ke tiga dari kanan.


Mama saya, perempuan  bertubuh mungil. Dengan tinggi yang cuma 150 cm dan beratnya tidak pernah melewati 45 kg, sukses menghadirkan 11 perempuan ke dunia.Saya memiliki banyak cerita bersama Mama. Kalau harus memilih salah satu cerita pasti susah. karena semua cerita mempunyai kenangan yang berbeda. Banyak tahun-tahun yang setiap hari kelahiran Mama, saya menulisklan puisi. Puisi yang lahir dari rasa terdalam dalam dada ini. Lahir menjadi rangkaian aksara karena hormat, cinta dan rasa sayang yang luber.

Sama seperti kebanyakan orang, Mama atau Ibu atau Bunda atau Emak, pokoknya perempuan yang melahirkan kita/mengasuh kita adalah perempuan istimewa. Bukan perempuan super, soalnya tidak bisa terbang. Tapi bagi saya, Mama adalah perempuan dengan kasih seluas samudera, tanpa syarat tanpa batas.

Samudera tidak pernah melarang siapapun melintasi airnya. Kapal besar, kapal kecil, kapal perang, bahkan perahu, dipersilakan berlayar di atas airnya. Tidak ada perbedaan, kalaupun ada tinggal kemampuan menaklukan riak dan gelombang. Siapa kuat, tangkas dan cerdas maka samudera akan di taklukan.


Saat Mama dan Papa baru mempunyai 7 anak.
Saya anak ke 7, usia 5 bulan dalam pelukan Mama

Mamalah, samudera itu. Tempat semua keluh kesah dan sukariaku bermuara. Pelindung sekaligus penuntun, dan dalam sayap kasihnya, saya terjaga. Pernah di satu masa, ketika  akan menikah. Kecemasan menghantui siang dan malam, Ketidak tahuan apa dan bagaimana nanti bentuk rumah tangga, menjadi beban pikiran yang berimbas pada fisik.

Mamalah, orang pertama yang membaca apa yang tersirat dari wajah ini. Tak ada pertanyaan yang meluncur dari bibirnya. Mama hanya mengatakan, "Kasih diantara kalian akan menjadi fondasi empat tiang utama yaitu:  Berani, komitmen, jujur dan bertanggung jawab. Lainnya hanya bunga, dan buah. Bunga nan indah dan mewangi, jadikan penghias ruangan. Buah yang segar, santap sebagai penambah vitamin. Jika bunga dan buah mulai layu dan busuk, jangan ragu untuk membuangnya.

Karena apa yang sudah membusuk akan memberi dampak yang tidak baik. Ada atau tidak ada bunga dan buah, empat tiang utama tidak boleh layu apalagi membusuk. Jika rayap mulai menggerogoti, gunakan iman sebagai pembasmi hama. Ada kalanya logika kalah dan takluk dengan perasaan tapi iman tak akan takluk dengan perasaan maupun logika."

Apa yang Mama ucapkan, terasa bagai air nan menyejukan. Menyiram tubuh lemah yang demam dan meriang oleh pemikiran dan kekhawatiran sendiri. Mama mungkin bukan perempuan sempurna. Kelelahan, kadang membuatnya marah dan kesal. Mama tidak pernah mencatat kesalahan-kesalahan yang dilakukan anak-anaknya. Tapi Mama senantiasa memcatat setiap prestasi yang kami ukir. Prestasi kecil sekalipum, seperti memenangkan perayaan 17 Agustusan. Mama menyimpan setiap piagam penghargaan yang anak-anaknya dapatkan. Itu yang membuat Mama  sempurna bagi saya. 

Sempurna sebagai manusia. Mama telah menjalani peran sebagai istri, ibu, ibu mertua, sahabat, oma. Di masyarakat Mama yang pernah menjadi guru matematika dan bahasa Inggris, adalah pendidik berdedikasi. Saat murid-murid yang diajarkan hanya memperoleh rata-rata dibawah angka 7 untuk matematika dan bahasa Inggris, maka rumah kami menjadi tempat les gratis. Lama waktu les, sampai murid-muridnya bisa memperoleh minimal angka7.

Bukan hanya itu, saya dan kakak saya pernah ditugaskan menjemput satu murid Mama yang rumahnya lumayan jauh, untuk dibawa ke sekolah. Lama saya baru tahu, ternyata murid tersebut (waktu itu duduk di kelas 3 SMP) tidak bisa membayar uang sekolah sehingga tidak berani ke sekolah. Mama melunasi biaya sekolah murid tersebut tanpa memberitahu saya dan kakak. kami hanya ditugaskan menjemput murid tersebut dan membawanya ke sekolah tempat Mama mengajar. Kami, anak-anak tidak bersekolah di tempat Mama mengajar.

Foto tahun 2008 usia mama 79 th


Usia Mama, 24 Sept 2014 yang lalu tepat 85 tahun. Sebuah angka yang luar biasa. Mama masih sehat, jika pendengaran dan daya ingatnya mulai menurun karena usianya memang sudah lanjut. Saya selalu mensyukuri, karena masih diberi kesempatan bersamanya. Saya sadar belum bisa, bahkan tidak akan bisa membalas semua yang sudah dilakukan Mama. Yang bisa saya lakukan adalah menjaga dan mengasihinya sama seperti ketika Mama menjaga dan mengasihi saya hingga saat ini.

Mama di kursi roda, bukan karena sakit. Kami menyediakannya agar ia tak lelah.
Foto ini diambil ketika kami melakukan trip bersama kakak-adik, plus suami, anak dan cucu.
 Juni 2014






Artikel  ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan: Hati Ibu Seluas Samudera. 

1 comment: