Tangerang, 26 Oktober 2014
Menjumpai sahabatku: Rani
di tempat.
Dear Ranii,
Salam sejahtera dan teriring doa, semoga kamu dalam keadaan baik-baik. Kabar bunda juga baik-baik cuma sedikit lelah. Terima kasih ya, kemarin kamu sudah mampir di rumah maya bunda.Kini giliran bunda bertamu ke rumahmu. Apa yang tertulis dalam rumahmu, Bunda seperti betemu dengan gadis manis yang full power. Sulit membayangkan tulisan-tulisan di rumah ini lahir dari seorang gadis manis. Iya...kamu, gadis mungil yang manis.
Dear Ranii,
Mnjadi seorang blogger itu menyenangkan. Bunda melihat dan merasakan dari tiap-tiap tulisan yang ada di sini. Ibarat pantai, rumah kamu pantai yang asri. Belum tersentuh banyak orang, beberapa tulisan beride sederhana dan lucu. Seperti pantai yang belum memiliki fasilitasi publik. Tapi banyak orang menikmati pantai tersebut. Karena keasrian itulah membuat orang suka mendatangi pantai-pantai yang belum terjamah.
Dear Ranii
Kita baru bertemu beberapa kali. Bunda masih ingat sinar matamu yang hidup. Di balik kacamata, saat kamu tersenyum matamu agak menyipit. Barisan gigi yang putih terlihat di sela-sela bibirmu yang tersenyum. Dari Bogor, ucapmu waktu itu. Tak banyak yang kita obrolkan karena pertemuan juga cuma singkat. Tapi cukup berkesan buat aku. Kamu lebih cocok jadi anakku, karena usia kita yang terpaut jauh sekali. Tapi dianggap sahabat juga menyenangkan karena berarti bunda awet muda (kamu tersenyum membaca surat ini)
Dear Ranii
sudah lama bunda tidak berkirim surat. Jujur bunda tidak tahu harus menuliskan apa. Jika kamu ijinkian, bunda akan tuliskan sebuha puisi buat kamu.
Rangkaian aksara berpadu dalam kalimat cantik
Akan tetapi tetap tak mudah menggambarkan sosokmu
Namun aku tahu, yang indah memang hanya bisa dipandang dan dirasa
Ini bukan rayuan tapi kenyataan dan kamu tahu?
Itulah kamu, iya kamu, gadis mungil yang manis.
Selamat malam, cantik. Kutahu saat ini mimpi masih membuaimu diperaduan. Jam dinding rumahku baru berdentang satu kali, berarti masih tengah malam. Semoga mimpimu indah.
Salam sayang
Bunda Elisa Koraag
Menjumpai sahabatku: Rani
di tempat.
Dear Ranii,
Salam sejahtera dan teriring doa, semoga kamu dalam keadaan baik-baik. Kabar bunda juga baik-baik cuma sedikit lelah. Terima kasih ya, kemarin kamu sudah mampir di rumah maya bunda.Kini giliran bunda bertamu ke rumahmu. Apa yang tertulis dalam rumahmu, Bunda seperti betemu dengan gadis manis yang full power. Sulit membayangkan tulisan-tulisan di rumah ini lahir dari seorang gadis manis. Iya...kamu, gadis mungil yang manis.
Dear Ranii,
Mnjadi seorang blogger itu menyenangkan. Bunda melihat dan merasakan dari tiap-tiap tulisan yang ada di sini. Ibarat pantai, rumah kamu pantai yang asri. Belum tersentuh banyak orang, beberapa tulisan beride sederhana dan lucu. Seperti pantai yang belum memiliki fasilitasi publik. Tapi banyak orang menikmati pantai tersebut. Karena keasrian itulah membuat orang suka mendatangi pantai-pantai yang belum terjamah.
Dear Ranii
Kita baru bertemu beberapa kali. Bunda masih ingat sinar matamu yang hidup. Di balik kacamata, saat kamu tersenyum matamu agak menyipit. Barisan gigi yang putih terlihat di sela-sela bibirmu yang tersenyum. Dari Bogor, ucapmu waktu itu. Tak banyak yang kita obrolkan karena pertemuan juga cuma singkat. Tapi cukup berkesan buat aku. Kamu lebih cocok jadi anakku, karena usia kita yang terpaut jauh sekali. Tapi dianggap sahabat juga menyenangkan karena berarti bunda awet muda (kamu tersenyum membaca surat ini)
Dear Ranii
sudah lama bunda tidak berkirim surat. Jujur bunda tidak tahu harus menuliskan apa. Jika kamu ijinkian, bunda akan tuliskan sebuha puisi buat kamu.
Rangkaian aksara berpadu dalam kalimat cantik
Akan tetapi tetap tak mudah menggambarkan sosokmu
Namun aku tahu, yang indah memang hanya bisa dipandang dan dirasa
Ini bukan rayuan tapi kenyataan dan kamu tahu?
Itulah kamu, iya kamu, gadis mungil yang manis.
Selamat malam, cantik. Kutahu saat ini mimpi masih membuaimu diperaduan. Jam dinding rumahku baru berdentang satu kali, berarti masih tengah malam. Semoga mimpimu indah.
Salam sayang
Bunda Elisa Koraag
No comments:
Post a Comment