Monas disuatu senja |
Bahagia itu sederhana. |
Jujur saya sudah lelah, pun dengan Waya. Tapi ketika melihat antrian penumpang yang akan naik transjakata, saya memutuskan Monas akan jadi tempat beristirahat sejenak. Kedua gadis kecil ini terlonjak kegirangan ketika saya mengajak mereka menyebrangi jalan, menjauh dari antrian penumpang yang akan naik transjakarta. Ia Alginat tak kuasa menolak. Maka Waya dan Ia tanpa banyak berkata, mengekor dibelakang saya dan dua gadis kecil ini.
Wajah lelah tapi senang |
Terdampar di Monas |
Menikmati santap siang yang terunda, ada kedamaian yang menenangkan. Dan bernarsis ria menjadi kenyataan.
Tak ada yang salah dengan bernarisis ria selama hati senang
Dan ternyata kami lebih serasi dengan ondel-ondel daripada menjadi pengisi acara fashion show. Lihatlah busana kami tak mewah tapi senada dan seirama dengan ondel-ondel.
Tetap tersimpan tanya, apa yang salah?
Diskriminasi masih kurasakan. tapi sudahlah, aku bukan siapa-siapa .
Jika disebutkan karena usiaku sudah hampir setengah abad, pastinya aku legowo.
Lha iya, warna bajunya bisa serasi dengan ondel2nya. Bahagia itu sederhana ya mak, bahagia itu ada dalam hati kita, bukan dari luar diri kita.
ReplyDeleteGAK AJAK AJAAAAK >:(
ReplyDeleteMak elisa...aku kemarin juga ke Monas. Belum rejeki jadinya nggak ketemu dirimu. Mungkin beda sisi ya. Aku di monas sebelah sini dirimu disana
ReplyDeleteMak Ichaaa... kapan aku bisa ketemu dirimu yaa...
ReplyDeleteKayaknya asyik juga hang out di Monas ya Mak
*peluk dari jauh*
Salam kenal mak Elisa...senangnya bisa hang out bareng buah hati di sela lelah yg mendera :)
ReplyDeletedan sore itu cuacanya lumayan bersahabat ya Mak ...
ReplyDeletedemi anak-anak ... lelah ditahan ya mak
salam saya Mak Elisa
(14/3 : 12)
Hihihihi. . .
ReplyDeleteSaya juga ke Monas, Mak. Beli kerak telor jugaaa. :D