Pertanyaan ini, muncul di kepala saya karena komen salah
seorang pengunjung blog saya dan membaca artikel berjudul: NARKOBA HANCURKANBANGSA.
“Sepertinya kita butuh pendidikan tentang 'narkoba' sejak
dari tingkat sekolah dasar Mak Elisa. Sebab anak SD kelas 1 saja sekarang sudah
ada yang terbiasa merokok . Dan kakak kelas mereka ada yang sudah mengenal
Amfetamin. Hal ini karena mereka tidak mendapatkan input tentang apa saja yang
termasuk narkotika dan obat terlarang. Kalaupun ada guru BK di tingkat sekolah
menengah namun karena tidak masuk dalam kurikulum, pengenalan tentang narkoba
ini tidak akan efektif.
Saya kenal satu keluarga muda yang tewas karena HIV/Aids
(yang berawal dari narkoba). Dan orang segan untuk melaporkan ke polisi jika
ada orang terdekat mereka yang terlibat penyalahgunaan narkoba karena kalau
tanpa uang mereka tidak akan dikirim untuk direhabilitasi malah akan tetap
dipenjara selama bertahun-tahun.” (Regards: Aira
Kimberly).
Komentar di atas membuat saya berpikir keras, hingga nyaris
tidak tidur. Berdasarkan data BNN, 80%
dari 5 juta pengguna narkoba adalah remaja dalam rentang usia 14-19
tahun. Tidak ada angka yang merujuk pada anak dengan usia di bawah itu. Tidak
ada bukan berarti tidak ada dalam kenyataan. Rokok termasuk salah satu jalan
bagi anak/remaja mengenal narkoba.
Bahkan dari komen tersebut, juga terlihat betapa masyarakat masih takut untuk melapor jika ada pecandu narkotika disekitarnya.
Kembali kepada pertanyaan yang menjadi judul artikel ini,
menurut saya perlu. Bagaimana menurut anda? Mengapa saya menjawab perlu? Karena
kalau pada realitas dalam keseharian, merokok menjadi sesuatu yang mudah
dilakukan anak-anak, maka sebagai orangtua kita perlu mewaspadai kondisi
tersebut.
Dalam suatu diskusi Komunitas Langsat di rumah Langsat
beberapa waktu lalu, hadir orang-orang keren yang menyatakan sudah berhenti
merokok. Saya bukan mau menceritakan kisah mereka dalam upaya menghentikan
kebiasaan merokok. Saya ingin mengulas pemamaparan yang disampaiakan Pangeran
Siahaan, pemerhati sosial yang juga blogger dan setia pada kampanye anti rokok.
Menurutnya Pangeran Siahaan, rokok sangat mudah diperoleh.
Kemudahan memperoleh rokok, adalah salah satu penyebab mudahnya anak-anak menjadi perokok. Di ketahui, rokok
adalah salah satu jalan masuk pada anak mengenal narkoba. Lalu bagaimana
mengatasi situasi seperti ini?
Dari diskusi, muncul beberapa ide.
1.
Tingkatkan
pajak rokok
Otomatis akan membuat harga rokok
melambung tinggi. Tapi industri rokok tak berbeda dengan industri lainnya yang
melibatkan banyak tenaga kerja. Jika pajak dinaikkan, ada kemungkinan terjadi
pengurangan tenaga kerja. Problem pengangguran adalah masalah besar.
2.
Batasi
ruang lingkup peredarannya.
Artinya rokok hanya diijinkan di jual
di trmpat-tempat tertentu.
Harusnya ide ini dapat dilakukan,
tapi kembali lagi pada usaha hajat hidup rakyat kecil yang menggantungkan
pencarian nafkahnya pada penjualan rokok di kios-kios kecil.
3.
Wajib
tunjukan idnentitas diri saat membeli rokok.
Ide ketiga ini sebenarnya paling
sederhaa dan paling mudah diterapkan/ Tapi lagi-lagi, masyarakat kita masih
memikirkan makan apa ketimbang kesehatan masyarakat secara umum.
MATERI NARKOBA SEPERTI APA YANG
BISA DISAMPAIKAN PADA ANAK?
Pada anak-anak yang ditanamkan adalah prestasi. Setiap ajaran/didikan
diarahkan untuk mencapai target tertentu. Misalnya. Mengenal huruf dan
menyambung huruf menjadi kata dan disusun menjadi kalimat adalah latihan
membaca. Membacalah prestasi yang ingin di capai. Dalam upaya pencapaian
prestasi tersebut harus ada latihan. Untuk melakukan latihan perlu disediakan
waktu. Berarti mengurangi waktu bermain/menonton tv.
Maka pengenalan materi narkoba pada anak-anak juga di mulai
dari pemahaman yang sederhana.
Menghindari hal-hal buruk.
Misalnya bermain kelamaan hingga
lewat waktu. Anak-anak menjadi lelah dan tidak dapat belajar dengan baik. Tanpa
belajar dengan baik maka tidak akan mencapai prestasi yang diinginkan. Hal
buruk bukan Cuma bermain/menonotn tv terlalu lama. Berkelahi atau mencuri juga
tidak baik. Begtu pula dengan atifitas merokok. Karena merokok dapat
menyebabkan gangguan pada kesehatan. Selain itu rokok harus di beli. Anak-anak
tidak diberikan uang untuk membeli rokok. Rokok selain menghabiskan uang saku
juga tidak bermanfaat. Selain rokok, masih yang lainnya yang juga tidak baik. Biasa
dikenal dengan narkoba. Bentuknya bermacam-macam. Ada yang serupa obat (pil),
bubuk atau cairan. Berbentuk permen juga ada.
Jika ada orang yang menawarkan/menjual
benda-benda tadi dengan janji akan membuat jadi pandai, itu tidak benar. Lebih
baik lapor dan Tanya pada ibu/bapak guru. Benarkah ada permen yang bisa membuat
anak menjadi pintar? Jika diberi gratispun jangan diambil, apalagi kalau harus
membayar.
Uang saku, akan lebih baik jika
ditabung. Jika terkumpul bisa dimanfaatkan untuk hal lain yang lebih
bermanfaat, misalnya biaya berlibur ke museum atau membeli buku
bacaan/pelajaran sekolah. Sesekali juga boleh untuk beli permen atau es krim.
Pada anak-anak, karena belum
terbentuk kebiasaan beraktifitas, maka orangtua/dewasa disekitarnya bisa
membuatkan jadual untuk kegiatan yang positif. Latihan-latihan yang dilakukan
akan membuat anak memiliki kemampuan yang baik. Sesekali dapat. Disertakan dalam ajang kompetisi
untuk mengukur kemampuan.
Kegiatan terarah, terstruktur dan
dilakukan secara berkesinambungan akan menghindari anak dari waktu kosong.
Meminimalkan waktu kosong akan meminimalkan anak berkegiatan yang tidak
terarah. Selain itu, latihan yang terjadual, membuat orangtua dapat melakukan
pengawasan pada setiap kegiatan anak dan akhirnya mengantarkan aak pada PRESTASI.
Pada jenjang pendidikan tingkat SMP dan SMA ada guru dengan
bidang asuh BK-Bimbingan dan Konseling. Di jenjang SD, tidak ada. Kebanyakan
masyarakat masih beranggapan persoalan anak SD, jauh dari narkoba. Benarkah?
Jika membaca informasi di media cetak atau mendengar dari tv, anak-anak SD
termasuk rentan dalam pengenalan pada narkoba. Maka menurut saya, perlu kiranya para guru-guru SD juga mendapatkan penyuluhan mengenai narkoba, apa dan bagaimana damaknya.
Erat kaitannya pemahaman dan pengetahuan guru terhadap
narkoba dengan cara guru menjelaskan atau melakukan penyuluhan tentang narkoba
kepada para siswa. Menurut saya, sangat penting para guru-guru dari guru SD untuk
mendapat pelatihan dan penyuluhan mengenai narkoba dan perkembangannya.
Bahkan bukan cuma guru, BNN juga harus melibatkan para
orangtua. Artinya BNN juga perlu memberikan penyuluhan atau sosialisasi
mengenai narkoba kepada para orangtua. Karena saya percaya masih banyak orangtua yang tidak tahu apa itu narkoba, apalagi
bentuknya. Termasuk informasi, ciri-ciri anak yang terkena narkoba. Berpedoman
pada informasi itu, saya percaya, orangtua dan guru pada jenjang pendidikan SD akan dapat mencegah anak-anak
bersentuhan dengan narkoba.
Pentingnya orangtua mengetahui informasi seputar narkoba
terkaitnya juga dengan komen salah satu pembaca blog saya yang meningalkan pesan
sebagai berikut di artikel saya yang berjudul: BERSAMA KITA BISA
“Narkoba merupakan musuh kita
yang paling besar bunda Icha, karena ini sangat merusak generasi kita, jadi
pencegahan dan penanggulangan narkoba harus di mulai dari keluarga karena
keluarga menpunyai peranan penting dalam menjaga dan melindungi anak-anak dari
bahaya narkoba.” http://earlydianthie.blogspot.com
Saya sependapat dengan komen
Early Dian Anthie. Saya percaya keluarga adalah benteng utama pencegah masuknya
narkoba pada anggota keluarga. Karena itu perlu disusun program penyuluhan yang
berkesinambungan baik pada orangtua maupun guru, mulai guru-guru di jenjang
pendidikan SD.
Saya percaya semakin tinggi tingkat
pengetahuan masyarakat pada narkoba terutama informasi dampak negative yang
ditimbulkan, maka akan menjauhkan mereka darai narkoba. Namun pengawasan secara
terpadu, atas kerjasama orangtua, guru dan masyarakat sekitar tetap ada.
Sehingga jikalau ada pecandu narkoba di lingkungan kita, masyarakat dapat
segera melaporkannya pada tempat-tempat yang sudah ditentukan diantaranya
dipuskesmas tingkat kecamatan.
Jangan hindari para pecandu
narkoba, tapi dekati dan bantu. Program P4GN (Pencegahan, Pemberantasan,
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika) ditetapkan sebagai program
pemerintah yang harus dilaksanakan dengan sukses. Dan keberhasilan program
tersebut bergantung pada kepedulian dan kerjasama semua pihak.
KepeduIian kita sebagai
masyarakat adalah bentuk tanggung jawab sebagai warganegara. Kalau bukan kita,
siapa lagi? Target 2015 Indonesia Bebas narkoba terkesan seperti mimpi. Tapi
kalau kita bangun dari mimpi dan bergerak melakukan setiap upaya dengan seluruh
daya, maka mimpi akan terwujud., Indonesia Bebas Narkoba akan menjadi landasan
menguatkan kaki Negara Indonesia yang Hebat. Indonesia Sehat tanpa Narkoba.
Setuju sekali, pintu masuk yang paling mudah menjebak anak-anak kita adalah rokok. Saatnya peduli untuk mengalihkan perhatian mereka ke arah yang positif. 2015 bebas Narkoba, bukannya tak mungkin. kita bisa kalau semua sama-sama bergandeng tangan.Yuk,selamatkan anak-anak kita..
ReplyDeleteYa, masalahnya kompleks dan bagaikan lingkaran setan. Masalah kebijakan membatasi perdagangan rokok, terkait dengan periuk nasi orang banyak.Tapi tak ada yang tak mungkin,sebagaimana Waya Komala bilang pada komen sebelumnya. Bebas Narkoba, bisa!
ReplyDeleteKuncinya adalah anak-anak kita beri pemahaman mengenai bahaya rokok dan narkoba.Kalaupun di sekolah dasar belum diajarkan saat ini. Semua bisa berawal rumah, dari keluarga yang penuh perhatian dan kasih sayang. Ayah dan atau Ibu, jangan sampai 'putus hubungan' dengan anaknya. Itu juga salah satu solusi menghindari jerat narkoba
Setuju banget dengan tulisan ini. Bahaya narkoba kini semakin membayangi semua orang. Dan targetnya malah anak-anak kita yang masih polos. Ngeri Maaaak. TFS, Mak. ^^
ReplyDeleteAku sependapat Mak dengan tulisan di atas. Semuanya sebenernya harus ada pihak yang mau memutuskan harus bagaimana dengan rokok, tentunya pemerintah harus memiliki andil, juga orangtua.
ReplyDeleteJika pemerintah tidak mengambil tindakan tegas dan orangtua malah mencontohkan anak untuk merokok, ya mau apa lagi? rokok bisa diperoleh dengan nominal uang kecil.
Jika sudah aman dari rokok dan paham akan bahaya zat yang terkandung dalam rokok, untuk beralih ke narkoba, rasanya akan berpikir berulang-ulang daaaah. Tapi lagi-lagi semua itu tergantung pada pribadi masing-masing.