Curhatku

NARKOBA HANCURKAN BANGSA


Sebuah bangsa bergantung kepada rakyatnya. Rakyat tangguh maka negara hebat. Rakyat sehat, bangsa kuat. Ini bukan slogan. Dasar sebuah negara bukan sekedar tempat, pemerintah dan aturan. Rakyat atau warganegara adalah yang utama. Itu sebabnya yang duduk di Majelis Tinggi Negara disebut wakil rakyat. Rakyat yang utama, karena jumlahnya yang banyak dengan banyak ide, banyak keinginan,banyak  keperluan maka harus ada perwakilan yang memperjuangkan hal-hal tersebut untuk di wujudkan.


Perlu dibuat tata aturan agar penglola mempunya aturan sebagai dasar mengelola sebuah kebijakan. Narkoba adalah salah satu penyakit rakyat yang dapat menggerogoti sebuah Negara. Seharusnya pemerintah bisa membuat program dan membangun hal-hal lain yang dapat meningkatkan kesejahteraan bangsa tapi narkoba merebut perhatian pemerintah. Sehingga harus berkonsenterasi mengatasi persoalan tersebut dan menangguhkan hal lain yang lebih penting.


Masyarakat sejahtara adalah tujuan utama Negara. Kesejahteraan dapat dicapai Jika masyarakatnya rukun dan damai, Negara memberikan jaminan rasa aman. Kerukunan dan kedamaian dapat diciptakan jika adanya keseimbangan dan keselarasan di semua bidang. Dan itu bisa dicapai jika masyarakat mempunya akses pada pendidikan dan teknologi, sehingga masyaraka cerdas. Masyarakat cerdas juga membutuhkan lingkungan yang sehat dan makanan yang bergizi.




Bicara masyarakat sehat dengan lingkungan yang bersih termasuk bersih dari narkoba. Narkoba bukan penyakit fisik tapi penyakit masyarakat yang disebabkan oleh gaya hidup.Tahukah anda TB atau dulu dikenal dengan TBC adalah penyakit yang menyebabkan kematian no 2 di Indonesia. Jika pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan bisa mengalokasikan dana besar untuk pembiayaan perawatan kesehatan penyakit TB, maka banyak masyarakat yang terselamatkan. Masyarakat sehat tentu dapat meningkatkan produktifitas berkarya.


Narkoba yang harganya  mahal dan digunakan dengan cara yang salah oleh sekelompok kecil masyarakat, mengalihkan perhatian pemerintah termasuk alokasi dana besar untuk merehabilitasi korban. Menurut UU no: 35 tahun 2009, pemakai narkoba adalah korban dan harus direhabilitasi baik dengan kemauan sendiri maupun secara paksa (bila tertangkap pihak berwajib/dilaporkan masyarakat)


Jika penederita TB harus terus menerus mengkonsumsi obat dengan harga yang tidak murah antara 6 bulan sampai 12 bulan, demikian juga pencandu narkoba. Untuk merehabilitasinya diperlukan waktu antara 6 bulan hingga 12 bulan yang bisa dibilang biayanya lebih mahal dari pengobatan TB.


Bukan bicara adil atau tidak adil. Bayangkan para penderita TB ataupun penyakit lain yang memerlukan pengobatan menahun, kebanyakan dari mereka terkontaminasi dari lingkungan yang tidak sehat. Penyakit TB disebabkan oleh virus yang penderitanya tidak bisa menghindar. Berbeda dengan pecandu Narkoba yang umumnya di awali coba-coba atau ditawarkan gratis. Artinya pecandu narkoba baik karena pengaruh atau kehendak sendiri, dengan sadar mencoba dan mengkonsumsi. Sedangkan para penderita TB ini tidak coba-coba kalaupun ada yang menawarkan saya berani menggaransi 100 %, pasti ditolak mentah-mentah. Siapa juga yang mau menerima virus/kuman TB.




Tapi mengapa ada yang mau mencoba mengkonsumsi narkoba? 


Dari hasil pengamatan dan obrolan saya dengan beberapa mantan pengguna.

Inilah 5 alasan mencoba Narkoba:
 

1.      Ingin tahu

Ini adalah alasan yang dikatakan hampir oleh  semua narasumber saya.

-          Namanya juga remaja.

-          Kitakan ingin tahu, seperti apa sih rasanya, seperti apa sih dampaknya.



2.      Gengsi

Pada masa itu ( tahun 80/90) topik pengguna ganja atau pil dibicarakan secara tertutup.

Siapa yang sudah kenal atau tahu seputar ganja/pil, apa dan bagaimana serta bagaimana mendapatkannya, dianggap hebat.


3.      Ikut Trend

Walau tidak pernah menjadi topik bahasan terbuka, ganja dan pil dikonsumsi baik secara perorangan atau kelompok. Biasanya secara tertutup. Kelompok satu sama lain sekedar tahu sama tahu tanpa berani saling mempengaruhi. Ada juga yang coba-coba mencari tahu, biasanya ini yang menjadi cikal bakal perkelahian.


4.      Eksistensi/ diakui

Ganja dan pil awalnya ditawarka secara cuma-cuma. Tapi ketika sudah mulai merasakan ketergantungan (Yang sering diartikan melayang), berubah menjadi kebutuhan. Beberapa kawan yang pemalu setelah menghisap ganja atau menelan pil, biasanya agak banyak bicara. Bahkan tiba-tiba berani mengantarkan teman perempuan pulang/ ketempat les. Umumnya dorongan tersebut justru dilakukan dalam keadaan setengah sadar. Diakui menjadi bagian dari kelompok adalah hal penting bagi remaja

Menurut beberapa kawan, dalam keadaan tidak sadar, lupa pada kendala wajah kurang ganteng atau tidak punya uang. Masa SMA, Uang dan modal wajah adalah syarat dasar bisa punya banyak kawan perempuan. 


5.      Motiv ekonomi.

Sedikit yang menyadari, kebutuhan berubah menjadi motiv ekonomi. Karena proses dari pemakai menjadi pengedar (bukan Bandar) sangat tipis. Yang dibutuhkan bukan modal uang tapi lebih pada loyalitas dan kepercayaan. Pada masa remaja, kesetiakawanan menjadi harga mati. Kadang untuk hal yang salah tetap dibela. Termasuk dalam hal mengkonsumsi dan mengedarkan narkoba pada kawan-kawan dekatnya. 


Sampai sekarang peredaran narkoba masih tetap mengandalkan kesetiakwanan dan rasa peraya namun dalam lingkup yang lebih besar karena melibatkan perputaran uang yang nilainya sangat besar. Maka terkadang nyawa sebagai taruhan dianggap seimbang. Pada masa remaja, tertangkap dan dan berurusan dengan pihak berwajib seakan menambah portofolio kehebatan. Kalau masa kini, kalau bisa tetap berbentuk bayangan yang sosoknya tidak ada tapi kiprahnya jalan terus. Salah satunya yang banyak diberitakan, adalah dalang operasional peredaran narkoba dari Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) yang sudah diketahui adalah penjahat dan sedang menjalani hukuman. Kok bisa tetap menjalankan operasinya/kegiatannya? Ini yang sampai sekarang sulit terjawab.


Apa yang saya tuliskan adalah hasil obrolan saya dengan kawan-kawan mantan pemakai narkoba yang katanya sudah bertobat. Saya mensyukuri pertobatan mereka. Satu hal yang saya perhatikan dari mereka yang pernah menjadi pemakai narkoba sebentar maupun lama, saya melihat ada dampak nyata. Yaitu lambat bereaksi. Baik dalam gerakan (reflex) maupun dalam berpikir. Kalau istilah bercanda lola-loadingnya lama. 


Ya, kawan-kawan mantan pemakai narkoba ini, perlu waktu lebih lama untuk mencerna setiap pertanyaan yang saya tanyakan. Tapi mereka lumayan masih mengingat perjalanan kehidupan mereka saat menjadi pecandu. Semua mempunyai kesimpulan yang sama, menyesal sih enggak. Tapi kalau waktu bisa diulang, mereka tidak ingin mencoba narkoba. Karena dari rasa penasaran, terjebak pada kondisi yang membuat mereka “merasa” menjadi penjahat.


Walau sambil tertawa-tawa ketika menceritakannya, ada nada getir yang saya dengar. Mencuri uang orangtua, menjual barang berharga (Radio tape,jam tangan, perhiasan hingga mesin cuci) dilakukan demi mendapat uang untuk membeli obat-obatan yang jangka panjangnya, dirasa  merusak otak dan tubuh fisik mereka.




Kita tidak bisa menghakimi para pemakai narkoba. Tapi sebagai orang yang peduli pada kesehatan masyarakat, kita perlu lebih memasang mata dan telinga. Jangan ragu untuk melaporkan jika melihat atau mengetahui sesuatu yang mencurigakan. Kepedulian kita adalah bentuk tanggung jawab. Berkoordinasi dengan aparat setempat akan meminimalkan salah paham. Sebagai masyarakat, kita perlu ambil peran yang lebih besar dalam bersikap terhadap para pecandu narkoba. Bisa jadi sebenarnya mereka sudah mengirimkan sinyal permohonan bantuan. Karenanya kita perlu lebih peka. Bisa jadi dia bukan anak kita tapi anak dari tetangga, kerabat atau sahabat kita. Yang pasti mereka anak bangsa yang perlu diselamatkan. Mari selamatkan mereka, agar masyarakat sehat sejahtera bisa kita wujudkan bersama. Masyarakat Sehat Negara Kuat.

7 comments:

  1. Secara garis besar, mereka yg menkonsumsi narkoba ini sebenarnya korban dr lingkungan pergaulan mereka yg tdk sehat ya mak Elisa.
    Keinginan utk bisa diterima di cheer group sampai mengorbankan begitu banyak hal.
    Artikel ini sangat informatif dan betmanfaat, bukan hanya hanya utk anak2 atau ortu saja, namun jg bagi masyarakat yg lbh luas, agar mengerti betul bahaya dan kerugian yg didapat dr konsumsi narkoba ini.
    Terimakasih telah berbagi hal yg sangat bermanfaat ini , mak ;)

    Salam

    ReplyDelete
  2. terima kasih sharingnya mak elisa, semoga kita dan keluarga bisa terhidar dari bahaya narkoba

    ReplyDelete
  3. Ngeri bacanya mak Elisa, duh! rasanya hati terkoyak mendengar dan melihat kisah nyata ini, kadang saya hanya bisa nangis karena engga bisa nolong mereka, engga daya dan upaya hanya bisa berdo'a semoga semua anak bangsa terselamatkan, aammiinn!

    ReplyDelete
  4. Anonymous12:20 PM

    ANgka pengguna Narkoba masih meningkat mak....

    bahakan sekarang di kota-kota kecil pun semakin marak...

    ReplyDelete
  5. Tulisannya keren, Mak Icha, lengkap :)

    ReplyDelete
  6. kata kuncinya kita harus 'care' ya, mak.. :)

    mantap banget ulasannya. :)

    ReplyDelete
  7. bahasannya menarik, selain mengurai pokok masalah, jg memberikan seruan-ajakan untuk sama-sama peduli terhadap mereka yang sudah/terlanjur terjebak dalam lingkaran narkoba yg bersifat candu. thanks tuk sharenya bunda :)

    ReplyDelete