Adakah pengaruh sengketa perbatasan Singapura-Malaysia
terhadap Indonesia? Kalau tidak ada, cuekin aja. Buat apa repot-repot campur
tangan urusan rumah tangga orang lain? Indonesia sudah punya banyak masalah.
Bukan hanya masalah dalam negeri tapi juga masalah perbatasan baik dengan
Singapura dan Malaysia. Maka karena Indonesia mempunya persoalan yang sama,
maka Indonesia harus peduli dan mau campur tangan. Ini juga erat kaitannya
dengan semangat menuju Komunitas ASEAN 2015 dan Komunitas Ekonomi ASEAN 2015.
Kebayang nggak sih ketika pasar bebas di terapkan, dan semua
produk perdagangan dari suatu Negara lain masuk “membombardir” ke Negara lain? Saat
Negara lain sudah membenahi strategi perdagangan dan meningkatkan kualitas
produk, ada Negara yang sibuk dengan
permasalahn batas antar Negara.
.
Kondisi ini akan berpengaruh langsung pada Indonesia. Karena
Singapura dan Malaysia, dua-duanya berbatas langsung dengan Indonesia baik
perbatasan laut dengan Singapura dan Malaysia, maupun perbatasan darat dengan
Malaysia. Sudah bisa ditebak, ini akan mengacaukan segala hal, termasuk
mengganggu rencana menuju Komunitas ASEAN 2015.
Saya pribadi memahami kemarahan Singapura atas klaim
Malaysia. Tapi saya tidak paham, mengapa Malaysia senang sekali memperbarui
peta wilayah Negara dan selalu mengakui wilayah Negara lain menjadi bagian dari
Negara Malaysia. Kalau melihat sejarah, Singapura dan Malaysia, sama-sama Negara
bekas jajahan Inggris bahkan Singapura sepat menjadi bagian dari Malaysia.
Konflik saling klaim atas pulau-pulai berikut: Pulau Batu Puteh (Pedra Branca),
Batuan Tengah (Middle Rocks) dan Karang Selatan (South Ledge). Membuat Singapura
dan Malaysia bagai macam yang siap saling menerkam.
Pulau Batu Puteh (Pedra Branca), telah berada di bawah
administrasi Singapura selama lebih dari satu abad hingga Malaysia menerbitkan peta
yang menunjukkan Pedra Branca sebagai wilayahnya pada 21 Desember 1979. (Malaysia
memang hobi memperbaiki peta wilayah negaranya termasuk memperbarui perbatasan Negara)
Singapura menyebutnya Pedra Branca ("batu putih" dalam bahasa
Portugis), dan Malaysia sebagai Pulau Batu Putih (dalam Bahasa Melayu) atau
ejaan lamanya Pulau Batu Puteh.
Serelah bersengketa selama lebih 29 tahun, akhirnya ICJ
memutuskan Singapura berha atas Pedra Branca. Keputusan tersebut juga diikuti
bahwasannya malasysia berhak atas batuan Tengah (Midlle Rock) Sedangkan Karang
Selatan (South Ledge) diserahkan kepada negara di mana ada Karang Selatan
(South Ledge) Sumber di sini:
Saya sempat terpikir, waktu Singapura dan Malaysia dijajah
Inggris, pada waktu yang bersamaan Indonesia dijajah Belanda. Pasti kedua
penjajah itu suka ngobrol mengenai daerah jajahannya yah. Kira-kira apa yang
diobrolkan?. Pernah tidak yah mereka berpikir, mereka meninggalkan banyak
masalah? #ngelantur.
Jadi menurut saya:
1. ASEAN
sebagai organisasi yang menaungi 10 negara dengan tujuan menjalin kerjasama dan
saling mendukung dalam menciptakan kondisi yang lebih baik, maka ASEAN perlu
turun tangan sebagai mediator dalam membantu penyelesaian konflik antar dua
Negara. Kepentingan lebih luas harus diutamakan. Tapi tetap harus menghormati Negara
yang berkonflik mau dibantu atau tidak.
2.
Tidak turut campur tangan langsung pada konflik
yang ada di Negara bersangkutan. Tetap menghormati kedaulatan masing-masing Negara.
Artinya bantuan sebagai mediatorpun sifatnya di tawarkan. Jika Negara yang
berkonflik menolak, maka sikap itu tetap harus di hormati.
3.
Mendesak institusi internsional dalam hal ini
Mahkamah Peradilan Internasional (International Court of Justice/ICJ) , dan PBB
mengawal terus hingga keputusan bisa diterima dan di jalankan.
4.
Terus
menerus mengingatkan pemerintah Singapura dan Malayia untuk berbesar hari
menerima keputusan yang sudah di buat ICJ. Karena pengakuan terhadap ICJ
berarti harus tunduk pada keputusan yang dibuat.
Keadilanan memang
tidak bisa memuaskan semua pihak. Tapi mengalahkan bukan berarti kalah.
Daripada perang, menang-kalah jadi abu? Semoga Indonesia tetap bisa menjalankan
perannya sesuai tujuan politik LN, bebas Aktif.
Mengaamiinkan harapan mak elisaa korang deh.. biar kondisi asean tetap kondusif
ReplyDeleteTetap semangat....:-)
ReplyDelete