Ketimbang ribut karena banyak produk budaya Indonesia
yang diaku Malaysa, jauh lebih baik kita berbenah diri.Saya tidak melihat ada yang salah dalam kampanye pariwisata
Malaysia dengan slogan Truly Asia. Tidak dituliskan bahwa apa yang ditampilkan
adalah budaya asli Malaysia. Saya “memahami” dari kampaye pariwisata Malaysia,
sebagai “ Kalau kamu datang ke Malaysia, kamu bisa melihat dan menikmati semua
ini”. Kalaulah yang dipertontonkan tari pendet asal Bali dan lagu latar
kampanye pariwisata itu “Rasa Sayang-sayange” yang kita tahu berasal dari Maluku.
Juga terlihat Reog (Tanpa Ponorogo) kita tidak seharusnya marah. Atau bahasa
kasarnya: Untuk melihat semua ini. Gak perlu ke Indonesia. Di Malaysia, juga
ada!
Ada yang salah denga kampanye seperti itu? Menurut saya
tidak. Malaysia sebagai Negara yang budayanya nyaris sama bahkan memang
mempunyai garis keturunana yang sama (Raja Malaysia ada yang keturunan raja dari kerajaan
Penyengat di Riau) banyak orang asli Indonesia yang menjadi warganegara
Malaysia (Tidak usah di lihat alasannya) tetap menghidupkan budaya aslinya.
Seperti wayang dan reog ponorogo. Mereka masih memainkan dan mementaskannya. Karena
budaya adalah hasil olah rasa dan pikir maka menghidupkan budaya adalah bagian
menghidupkan jiwa mereka.
Suriname, sebuah ngara kecil dekat Belanda. Dulunya tempat
pembuangan orang Indonesia dan mayoritas penduduknya memang keturunan Jawa. Bahkan
bahasa Jawa sebagai salah satu Bahasa Nasional Suriname. Perlukah kita marah?
Tidak, karena mereka di Suriname keturuan orang Jawa dan mereka berupaya
menjaga dan melestarikan budayanya.
Terkait dengan kampanye pencitraan pariwisata, Indonesia
harus membenahi tiga masalah utama. Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif menilai ada tiga masalah besar yang menjadi kendala di sektor
industri pariwisata Indonesia.
Menurut menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Marie Elka Pangestu: " Ada tiga hambatan utama sektor pariwisata, yaitu kebersihan, infrastruktur dan kesehatan,". (Sumberdi sini :
Menurut menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Marie Elka Pangestu: " Ada tiga hambatan utama sektor pariwisata, yaitu kebersihan, infrastruktur dan kesehatan,". (Sumberdi sini :
)
Sangat mengesalkan kalau kita mendatangi pantai dan yang
terlihat tumpukan sampah. Masyarakat Indonesia sangat sulit sekali dididik
untuk tidak membuang sampah sembarangan. Akibat penumpukan sampah, banyak
kerugian yang di timbulkan. Selain sumber penyakit, tidak enak dilihat ,
wisatawanpun enggan mampir. Jangan wisatawan asing, wisatawan lokal juga tidak
senang jika obyek wisata penuh sampah. Dan yang tak kurang menjengkelkan adalah
toilet yang jorok. Juni 2013 yang lalu World Toilet Organization (WTO),
menggandeng Asosiasi Toilet Indonesia (ATI) untuk
penyelenggaraan World Toilet Summit 2013. Alasan di gear di
Indonesia karea akses sanitasi sehat baru dinikmati sekitar 55% penduduk
Indonesia (Sumber di sini:
Pemerintah pusat bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk
terus meningkatkan pembangunan infrastruktur, sehingga akses menuju obyek
wisata mejadi lebih mudah di jangkau. Sementara ketiga masalah utama tadi di benahi, dalam waktu
yang beramaan, pemerinta pusat dan daerah juga harus mempunyai sudut pandang
yang sama dalam membangun pencitraan pariwisata di Indonesia.
Pencitraan itu
penting, Malaysia sudah lebih dulu memahami dan menggunakan agen internsional
untuk membangun pencitraan pariwisatanya dengan slogan Truly Asia. Sejujurnya
kalau kita mau meneliti, Malaysia nyaris tidak punya budaya asli.
Negara Malaysia memiliki masyarakat majemuk karena berasal
dari banyak Negara seperti keturunan Inggris, Cina, Melayu, India. Inilah perbedaan mendasar dengan Indonesa. Di
Indonesia juga banyak warga keturuna Eropa (Belanda, Inggris,) Jepang, Cina,
India, Portugis. Tapi masih lebih banyak memiliki suku-suku asli. Jawa, Sunda,
Batak, Minang, Aceh, Banjar, Ambon, Menado, Bone dll.
Kalau saya tidak salah, Indonesia adalah salah satu Negara yang
memiliki paling banyak suku bangsa. Otomatis Indonesia juga memilki banyak
bahasa, tarian dan lagu daerah. Indonesia juga memiliki banyak tempat wisata
yang diakui dunia sebagai tempat paling indah.
Makah hal yang perlu dilakukan adalah mengangkat kelebihan
karena memiliki banyak suku bangsa sebagai obyek utama pencitraan pariwisata d
Indonesia. Satu kata untuk semua itu, yaitu UNIK. Saya terlahir dari sebuah
keluarga besar. Kami bersaudara sebelas, perempuan semua, sepuluh orang sudah
menikah dengan laki-laki dari berbagai suku. Jika anak-anak kami berkumpul,
tampak luar biasa, ada keturunan Cina, Batak, Ambon, Malang, Solo, Gorontalo, Bandung, Cirebon dan Betawi. Semuanya mengalir darah yang sama
karena ibu kandung mereka kakak beradik.
Maka untuk pencitraan pariwisata Indonesia saya mengusulkan Indonesia
is The Unique of Asia dengan membuat program terpadu antara obyek wisata, budaya lokal, kuliner dan fasilitas infrastrukturnya, terutama pelayanannya.
No comments:
Post a Comment