Curhatku

Bantu Laos akan Memperkuat ASEAN di Mata Dunia







Mengikuti tantangan #10daysforASEAN, saya seperti menjadi anak sekolahan lagi. Mencari informasi sebagai bahan tulisan dalam waktu yang ada batasnya. Dulu kuliah gak gini-gini amat, herannya kok ya, mau?  Kemarin saya sudah menyelesaikan tantangan hari ke-5 tapi karena saya sedang mengikuti Kejuaraan Nasional korfball 2013 di Cimahi dan akses internet lemot, maka saya gagal posting.
Bukan mau curhat, walau gagal posting tapi saya sudah menyelesaikan tulisan tersebut. Artinya saya bisa menjaga ritme menulis saya. Walau dengan batasan waktu dan tema yang mengharuskan saya berkerut kening alias, mikir, bo! 

Hari ke-6 mengenai  Laos.  Sebuah negara yang baru saja terbuka sekitar tahun 2004 baik kepada sesama anggota ASEAN maupun kepada dunia  padahal bergabung sudah jauh lebih lama. Menuliskan seputar apa yang bisa diinvestasikan pada negara Laos, bukanlah perkara mudah. apalagi negara ini menganut paham komunis, yang di Indonesia dianggap paham yang harus dibasmi.

Para blogger disuruh mencari tahu dan memberikan analisa, apa yang bisa diinvestasikan di  negara Laos  guna meningkatkan kondisinya. Laos adalah negara dunia ketiga yang tertinggal dan miskin. Baru-baru ini laos memperbaiki huungan dengan Amerika dan Amerika bersedia memberikan bantuan guna memperbaiki kondisi perekonomian negara dan kesejahteraan rakyatnya.

Laos memang negara kecil yang segala-galanya berada di bawah tetangganya seperti Kamboja dan Myanmar. Lalu para blogger dengan aneka latar belakang dan para perempuan blogger dari Kumpulan Emak Blogger (Sebagian besar ibu rumah tangga) di suruh berpikir dari berbagai sudut terutama ekonomi dan politik. Sesuatu yang jauh dai pemikiran aktifitas kehidupan sehari-hari, sebagai ibu dan istri.

Jepang adalah bangsa yang berhasil mengusir Perancis dari Laos dan ganti menjajah Laos. Jepang takluk di bawah sekutu, membuat Perancis kembali masuk. Namun akibat peperangan di India dan China, pemerintah Perancis terpaksa memerdekakan Laos  19 Juli 1949. Maka berdirilah Kerajaan Laos, di bawah pemerintahan Raja Sisavang Vong. Sayangnya tidak lantas membuat Kerjaan ini menjadi lebih makmur. Kenyataan perang belum berhenti. Laos mengalami kudeta dan perang saudara. Kaum komunis, di bawah pimpinan Pathet Lao, kemudian menggulingkan pemerintahan Raja Savang Vatthana.  Pathet Lao merebut dan mengganti nama Kerajaan Laos menjadi Republik Demokratik Rakyat Laos, hingga sekarang.


Keberadaan Laos yang diapit  Myanmar dan Republik Rakyat Cina di sebelah barat laut, Vietnam di timur, Kamboja di selatan, dan Thailand di sebelah barat.  Membuat laos menjadi daerah yang tidak memiliki laut.  Kondisi fisik dan alam negara laos tidak memberikan banyak pilihan bagi rakyatnya untuk mendapatkan banyak penghasilan. Maka penghasilan utama Laos adalah pertanian, sesuai dengan kondisi negaranya, di mana satu-satunya negara ASEAN yang tidak mempunyai laut.  Kondisi ini dari sudut geografi politik disebut land lock.  Kondisi yang tidak menguntungkan terutama dari segi pertahanan dan keamanan.

Pemerintah Laos, bisa dibilang  adalah salah satu negara komunis yang tersisa. Kini mulai melepas kontrol ekonomi  dan mengizinkan berdirinya perusahaan swasta pada tahun 1986. Hasilnya, pertumbuhan ekonomi melesat dari sangat rendah menjadi rata-rata 6% per tahun periode kecuali pada saat krisis finansial Asia yang dimulai pada 1997. Sumber di sini:
(tahun 1997, indonesia juga mengalami krisis keuangan dan masa itu dikenal dengan istilah Krismon)

Kondisi negara yang miskin membuat rakyatnya berpendidikan rendah. Negara masih memikirkan bagaimana meningkatkan perekonomian sehingga sektor pendidikan tidak menjadi perhatian utama. Miskin dan tidak berpendidikan, membuat banyak rakyat Laos keluar dari negaranya untuk memperbaiki nasib. Konidis ini membuat negara yang memang  berpenduduk sedikit semakin kekuarangan sumberdaya manusia. Miskin dan bodoh sebenarnya simpul yang kusut dan banyak dialami negara-negara di dunia ketiga.
ASEAN sebagai organisasi yang memepersatukan negara-negara di kawasan asia tenggara harus turut memberi perhatian dan bantuan untuk melepaskan Laos dari persoalan ini. Hal itu penting mengingat tujuan Komunitas ASEAN 2015 dan Komunitas Ekonomi ASEAN 2015. 

Investasi politik bisa dimulai dengan mengirimkan tenaga-tenaga ahli di bidang pendidikan yang disesuaikan programnya dengan kebudayaan dan kebiasaan masyarakat Laos. Badan Dunia seperti PBB bisa diminta untuk mengucurkan bantuan berupa dana yang diperuntukan pada pengembangan pendidikan. Sejalan dengan program peningkatan di bidang pendidikan, negara sesama anggota ASEAN bisa membangun kerjasama diberbagai bidang yang dimilik Laos.

Laos memiliki hutan yang bagus dan berpotensi menghasilkan kayu, sehingga bisa dikembangkan industri pemotongan kayu atau mebel. Hasil hutan dan hasil pertanian juga bisa menjadi komiditi perdagangan. Biaya ekport yang bersahabat dan mengutamakan persahabatan antar negara bisa diberikan kepada Laos untuk memancing gairah perekonomian.

Selain itu  Laos mempunyai  alam yang belum dimanfaatkan secara optimal untuk disajikan sebagai objek wisata.  1993, pemerintah Laos mencanangkan 21% dari wilayah negara sebagai Area Konservasi Keanekaragaman Hayati Nasional (National Biodiversity Conservation Area atau NBCA), yang mungkin akan dikembangkan menjadi sebuah taman nasional. Bila proyek ini berhasil, maka diperkirakan akan menjadi taman nasional terbaik dan terluas di Asia Tenggara. Indonesia yang memiliki hutan luas dapat belajar dari Laos bagaimana menjaga kelestarian hutan.

Jadi kalau melihat keseluruhan kondisi Laos, saya beranggapan seperti Indonesia tahun 60. Masa itu Indonesia sudah memiliki banyak orang pandai semacam diplomat yang mampu melakukan lobi-lobi hingga bisa membuat kesepakatan kerja. tahun 60-an  kondisi ekonomi, politik, sosial, budaya dan pertahanan belum stabil. Masih membutuhkan banyak bantuan negara besar seperti Amerika, Jepang, Jerman, Inggris dan lain-lain.  Kata kawan-kawan saya yang sudah berkeliling ASEAN, kondisi negara Laos, Vitenam, Myanmar juga Kamboja memang mirik keadaan kota-kota Indonesia tahun 60-an. Jika Indonesia gemar membangun dan memoderenisasi bangunan, mereka justru mempertahankannya dan menjadi daya tarik sendiri sebagai obyek wisata.

Maka sektor, industri, pariwisata, pendidikan dan pengembangan ekonomi yang sesuai dengan kondisi negara Laos dapat dijadikan investasi diplomatik, agar Laos bertumbuh menjadi negara dengan kondisi yang lebih baik sehingga bisa berdiri sejajar dan sama kuat dengan negara anggota ASEAN lainnya. pada ahirnya memperkuat ASEAN di mata dunia.


Sumber foto: Google.com


No comments:

Post a Comment