Gaya hidup “boros” air menjadi
salah satu alasan perlunya MEMBANGUN GENERASI PEDULI AIR. Soal manfaat air
dalam kehidupan, sudah tidak penting dibahas karena sudah diketahui. Manusia
bisa menahan lapar lebih dari dua hari tapi tidak dapat puasa minum lebih dari
24 jam. Karena 70 %^ komposisi tubuh manusia terdiri dari air. Nah, dari sini
saja jelas terlihat pentingnya air bagi makhluk hidup terutama manusia.
Sayanganya kesadaran menjaga
sumber-sumber air tidak menjadi sebuah keharusan. Bahkan sedikit terabaikan.
Namun jika musibah semacam banjir datang, tiap orang akan berseru, “Bagaimana
sih pemerintah, kok tidak bisa mengantisipasi bencana? Haruskah itu menjadi
tugas pemerintah? Saya pikir sebagai pengelola negara, jawabannya ya. Tapi
kita, sebagai anggota masyarakatlah yang bertanggung jawab penuh pada
pengelolaan lingkungan hidup di sekitar kita.
Mengutip ucapan Pendekar
Komunitas Kali Pesanggarahan, Bang Udin: “Kalau banjir jangan air atau sungai
atau kali yang disalahkan. Sungai dan kali emang jalannya air. “ Mencermati ucapan tersebut, saya yakin tidak akan
ada yang membantah. Dan sebagaimana sifatnya air, ia akan berbelok dan mencari
jalan lain jika terhambat/tersumbat. Menghindari hal itu, maka sebagai manusia
yang hidup dan beraktifitas, sungai sebagai salah satu sarana aliran air perlu
dijaga baik kebersihannya maupun mata air yang ada di dalamnya.
Karena air sangat strategis
perannya sebagai sumber keberlangsungan kehidupan maka perlu dilakukan
upaya-upaya mendorong langkah konservasi dan penyelamatan air. Masalah
ketidakseimbangan antara ketersediaan air yang cenderung menurun dan kebutuhan
iar yang semakin meningkat (seiring oertambahan jumlah penduduk) maka perlu
wajib diatasi oleh masyarakat dan pemerintah.
Anakku, Van membuat PIN dari limbah kertas |
Membangun Generasi Peduli Air
diselenggarakan di Taman Cattleya, yang merupakan taman kota seluas 3 hektar.
Terletak di tengah kota Jakarta. Tepatnya di daerah Tomang, Jakarta Barat.
Posisinya yang startegis berada tepat ditengah-tengah gedung-gedung tinggi dan
dikelilingi jalan dengan lalu lintas padat. Membuat lokasi ini cocok sebagai
lokasi percontohan dalam pembuatan sumur resapan, biopori dan lokasi penanaman
pohon.
Pesatnya membangun di Jakarta,
membuat tanah sebagai resapan air kian berkurang. Karena itu dalam acara ini
dipergakan cara membuat lubang biopori yang dapat dibuat di pekarangan rumah
masing-masing, sekalipun di lahan yang sempit. Karena untuk mebuat lubang biopori
tidak memerlukan lahan luas. Cukup di atas sebidang tanah dengan diametr 20 cm dan kedalam satu m. Lubang
Biopori bisa membantu resapan air tanah, Jika tiap rumah memiliki satu saja
lubang biopori sudah sangat membantu.
Kegiatan Aksi Peduli Air yang di
selenggarakan oleh Kementerian Pekerjaan Umu, Ditjen Sumber Daya Air, diwarnai
dengan berbagai kegiatan. Talk Show yang membahas perlunya kesadaran melihat
sungai dari sudut pandang yang laion. Sosiolog Paulus Wiroutomo mengusulkan
dibuatkan program akhir pecan bagi anak-anak sekolah untuk melayari Ciliwung.
Dan melihat sungai sebagai sumber potensi air yang perlu dijaga keberadaannya. Karena
menurut Paulus, jauh lebih efektif mengajar anak dengan melihat kenyataan daripada
sekedar kalimat “Jangan membuang sampah ke sungai”. Ide tersebut mendapat
tanggapan positif dariDitjen SDA kementerian PU Mohammad Hasan, yang berjanji
akan mempertimbangkan program tersebut.
Ada juga lomba Water Sciene Fair , Yaitu
kontes pembuatan proyek ilmiah bidang sumber daya air antar SMP yang dimenangkan SMPN 3 (Juara
Pertama) SMPN 7 (Juara Kedua) dan SMPN 2 (Juara Ketiga). Ada juga lomba
pengetahuan umum ala program salah satu tv swasta ranking satu. Dari kalangan
SMP dimenangkan Mutiara dari SMPN 7 dan Dari kalangan Konunitas dimenangkan
Jum.
Beberapa tarian daerah dan sebuah
grup band menjadi penghibur dan menyemarakan acara. Sebagai acara puncak,
ditandai dengan pencanangan “Generasi Peduli Air” yang disimbolkan dengan
penandatanganan prasasti oleh Dirjen SDA Kementerian PU Mohammad Hasan dan
diikuti penandatangan masyarakat yang hadir di selembar kain putih sebagai
wujud mendukung kegiatan tersebut. Pada saat itu juga Komunitas Peduli Air
memberikan gelar Pengayom Komunitas Peduli Air kepada Ditjen SDA Kementerian
PU, Mohammad Hasan.
Pesan penghijuaan dan peduli air berbentuk PIN dan gantungan kunci |
Banner- banner komunitas peduli air & sungai |
Kegiatan ini juga dihadiri
masyarakat dari berbagai komunitas peduli air dan sungai, seperti Komunitas
Cinta Ciliwung, Jakarta Green Monster, Komunitas Arga Wana Jakarta Barat,
Komunitas Arya Giri, Komunitas Pecinta Ciliwung “Mat Peci”, Kelompok Pecinta
Ciliwung :”Buluh Condet”. Kepedulian komunitas-komunitas ini diperlihatkan
dengan berbagi ketanjinan berbahan limbah kemasan susu, kopi, sedotan, plastic dan
lain-lain. Sehingga meminimlakn pembuangan limbah-limbah tersebut ke sungai.
Dan member nilai tambah ekonomi bagi yang memanfaatkan.
Kegiatan yang sangat bermanfaat sekali ya Mak, apalagi melibatkan anak2.
ReplyDeleteSekalian biar anak mengerti juga, kenapa kita harus peduli.
Idiihh masih ada PIN nya gaa?
Social Bookmarking Indonesia, terima kasih sudah mampir. Kegiatan semacam ini memang selalu saya libatkan anak. Karena mereka harus mengetahui dan terlibat langsung dalam persoalan semacam ini.
ReplyDeletePin dan gantungan kuncinya banyak, Eh di bagi-bagi gratis loh.
Kalau banjir, orang-orang pasti menyalahkan hujan (air). So true, Mak. padahal, jangan air yang disalahkan. Tulisannya informatif banget, Mak. Tfs. Btw, pin-nya masih ada enggak? Hihihi .... *nyontek komen Mak Nchie Hanie*
ReplyDeleteKomen Mak Haya mengingatkan sy kl pernah bikin postingan yg judulnya jgn salahkan hujan. Kt cenderung gampang menyalahkan yang lain, termasuk hujan. Pdhl sebetulnya yg hrs disalahkan duluan itu diri sendiri kl gak juga bikin perbaikan
ReplyDeleteMak Haya, Thx u sudah mampir. Masih ada PIN dan gantungannya. Buat mainan si Van. Menyalahkan pihak lain adalah sifat manusia yang mendasar, bagian dari pertahanan diri. Walau tahu salah :)
ReplyDeleteMak Mira Anastasi, terima kasih juga sudah mampir.
Kesadaran peduli alam dan lingkungan sekitar memang harus dikenalkan dan dibiasakan ke anak2 sedini mungkin ya, mak. Dan yang paling berpengaruh tentu lingkungan dekat, yaitu keluarga.
ReplyDeleteKeren deh si emak bisa ngajak anak2 ikut aktivitas seperti ini. Aku kapan ya bisa jalan2 dan ajak anak2 aktif seperti itu lagi...
wah jadi pengen bergabung
ReplyDelete