Bicara pendidikan di Indonesia, kita bicara banyak persoalan. Tapi saya menuliskan artikel ini, berdasarkan saya sebagai ibu dari dua anak yang masih bersekolah di SD dan SMP. Bicara pendidikan dasar, saya sangat prihatin. Kedua anak saya bersekolah sejak usia tiga tahun. Masuk kelompok bermain. Seminggu tiga kali dan memang programnya hanya bermain. Bermain mengenal alam, bermain mengenal tubuh, bermain mengenal kawan, bermain mengenal buah-buahan, bermain mengenal binatang, bermain menirukan bunyi dan banyak lagi.
Usia empat tahun, masuk kelas Taman kanak-kanak A atau TK kecil. Masih bermain. ketika masuk ke TK B (Atau nol besar), porsi bermain masih banyak namun lebih terarah pada tujuan sesuai program. Bermain mengenal angka, bermain mengenal huruf, dan bermain merangkai huruf. Bisa dibilang saya beruntung menemukan tempat pendidikan ini, dimana program belajar disusun sedemikian rupa dengan tetap mengedepankan unsur bermain.
Sekolah ini bernama TK Mulia, terletak di perumahan Larangan Indah, Kreo Ciledug. Usianya sudah puluhan tahun. Dan saya memiliki enam keponakan plus seorang anak yang lulus dari sekolah ini. Keponakan saya sudah ada yang menjadi S1- sastra Peranvis, S1 Dokter gigi, S1 Multi media yang tamat dari TK Mulia.
Jika saya menyoroti TK Mulia, karena saya membandingkan dengan Tk lain dimana, penekanan pada program calistung (Baca, Tulis dan berhitung) menjadi hal yang utama. Sebenarnya tidak salah selama program tersebut dikemas dengan bermain. karena sejatinya anak-anak belajar lewat bermain. Tuntutan dan harapan orangtua agar anak menjadi pandai setelah disekolahkan. Namun sebagai orangtua kita suka lupa, bahwa kecerdasan anak tidak sepenuhnya ada di sekolah.
Orangtua adalah guru pertama anak. Ketika anak disekolahkan, bukan karena orangtua tidak mampu tapi anak perlu bersosialisasi. Anak perlu mengembangkan ketrampilan dirinya. Ketrampilan yang perlu dikembangkan untuk bekal saat ia besar nanti. Masyarakat Peduli Pendidikan di Indonesia sudah mengerti dan memahami perlunya pendidikan pada anak usia dini. Sayangnya belum ditemukan formula yang pas, sehingga pendidikan anak usia dini bukan untuk komersialisasi atau untuk mengekplotasi anak.
Peran orang tua memahami tumbuh kembang anak secara fisik dan mental sangat diperlukan, demikian juga komunikasi orangtua dengan pihak sekolah guna mengawal keberlangsungan proses pendidikan yang bertanggung jawab. Pandai/cerdas bukan tujuan utama. Tujuan utama adalah menjadikan anak mandiri, sehingga kelak bisa mempertanggung jawabkan sikap dan prilakunya..
Usia empat tahun, masuk kelas Taman kanak-kanak A atau TK kecil. Masih bermain. ketika masuk ke TK B (Atau nol besar), porsi bermain masih banyak namun lebih terarah pada tujuan sesuai program. Bermain mengenal angka, bermain mengenal huruf, dan bermain merangkai huruf. Bisa dibilang saya beruntung menemukan tempat pendidikan ini, dimana program belajar disusun sedemikian rupa dengan tetap mengedepankan unsur bermain.
Sekolah ini bernama TK Mulia, terletak di perumahan Larangan Indah, Kreo Ciledug. Usianya sudah puluhan tahun. Dan saya memiliki enam keponakan plus seorang anak yang lulus dari sekolah ini. Keponakan saya sudah ada yang menjadi S1- sastra Peranvis, S1 Dokter gigi, S1 Multi media yang tamat dari TK Mulia.
Jika saya menyoroti TK Mulia, karena saya membandingkan dengan Tk lain dimana, penekanan pada program calistung (Baca, Tulis dan berhitung) menjadi hal yang utama. Sebenarnya tidak salah selama program tersebut dikemas dengan bermain. karena sejatinya anak-anak belajar lewat bermain. Tuntutan dan harapan orangtua agar anak menjadi pandai setelah disekolahkan. Namun sebagai orangtua kita suka lupa, bahwa kecerdasan anak tidak sepenuhnya ada di sekolah.
Orangtua adalah guru pertama anak. Ketika anak disekolahkan, bukan karena orangtua tidak mampu tapi anak perlu bersosialisasi. Anak perlu mengembangkan ketrampilan dirinya. Ketrampilan yang perlu dikembangkan untuk bekal saat ia besar nanti. Masyarakat Peduli Pendidikan di Indonesia sudah mengerti dan memahami perlunya pendidikan pada anak usia dini. Sayangnya belum ditemukan formula yang pas, sehingga pendidikan anak usia dini bukan untuk komersialisasi atau untuk mengekplotasi anak.
Peran orang tua memahami tumbuh kembang anak secara fisik dan mental sangat diperlukan, demikian juga komunikasi orangtua dengan pihak sekolah guna mengawal keberlangsungan proses pendidikan yang bertanggung jawab. Pandai/cerdas bukan tujuan utama. Tujuan utama adalah menjadikan anak mandiri, sehingga kelak bisa mempertanggung jawabkan sikap dan prilakunya..
No comments:
Post a Comment