Entah mengapa, melakukan perbuatan ini,
menimbulkan sensasi yang seru, asyik dan nyaman. Awalnya aku agak khawatir,
tapi kutepis kekhawatiran itu jauh-jauh. Jujur ini baru kali kedua akan
kulakukan. Pengalaman pertama melakukannya, aku langsung merasakan kenikmatan
yang sulit diceritakan. Bahkan suamiku, Mas Bram memujiku. Menurut Mas Bram
aku terlihat lebih menarik.
Setelah Mas Bram berangkat kerja, sekalian mengantar buah hati
kami Beryl, sekolah. Aku memastikan Mbok Yem sibuk dengan kegiatan membersihkan
rumah. Aku bergegas membereskan tempat tidur. Kuingin menikmati kegiatan ini
senikmat-nikmatnya. Jujur ini tak dapat kulakukan bersama Mas Bram. Maafkan aku
ya, Mas. Sebuah mentimun muda, tissue, semangkuk air bersih dan segelas air
putih.
Ritual ini kulakukan
setelah mendapat informasi dari tetanggaku, Istri Pak Joko, namun demikian ia
enggan di sapa dengan panggilan Bu Joko. Menurutnya seperti iklan di tv. Ia
lebih senang disapa dengan Lita. Saat ada kesempatan aku menanyakan apa sih rahasianya ia terlihat
sangat mempesona. Lita menatapku dan tersenyum, sambil bertanya: “Mau tahu
rahasianya?” , dengan cepat aku mengangguk. “Mau aja atau mau banget?”
sambungnya lagi. Aku tertawa, “Lucu juga,
ya kamu!”, ujarku dalam hati.
Lita memanggilku
mendekat, lalu ia berkata pelan, nyaris berbisik. Aku tidak yakin tapi Lita mengatakan
dengan serius, tak ada alasan tidak
mempercayainya. Kini aku di kamarku siap
melakukannya lagi. Aku mencoba berbaring
telentang, mengatur posisi kepala, badan, bantal dan guling senyaman mungkin.
Lalu aku mulai mengambil mentimun muda yang besarnya lumayan. Keras dan segar.
Aku meletakan mentimun di posisi yang pas. Rasa dingin langsung menyebar, ada
sensasi nikmat yang mulai naik.
Kupejamkan kedua
mata, menikati perasaan yang timbul setelah mentimun berada pas ditempatnya. “Hmmm, thanks God untuk mentimun ciptaanMu”.
Ucapku dalam hati. Kunaikan kedua kakiku di atas guling, posisi ini lebih nyaman.
Seiring sensasi rasa nikmat dari sentuhan mentimun, kubiarka imajinasiku lepas.
Mulanya seperti menyusuri lorong gelap. Lama-lama mulai tampak jalanan yang
berkabut. Mungkin ini karena sensasi dingin mentimun yang mulai meresap ke
dalam perasaanku.
Dinginnya mulai
terasa disepanjang jalan berkabut. Kugerakan kedua tangan untuk menimbulkan
sensai hangat. Mulanya terasa berat, tapi gerakan kedua tangan membantu. Otot lenganku pasti menjadi kencang.
Nafasku mulai memburu, tapi tak
mengurangi kenikmatan plus kebahagiaan yang kurasa. Akhirnya aku mendapatkan
sensasi rasa yang kuinginkan, sambil menarik napas panjang dan lega, aku merasa
nyaman sekali. Perlahan-lahan, jalan berkabut mulai pudar dan aku bisa
merasakan kembali kalau aku berada di atas ranjangku sendiri.
Kuangkat mentimun,
yang sudah mulai terasa hangat. Aku menarik nafas lega, kubuka perlahan kedua
mata, jalan berkabut sudah pudar, sensasi nikmat masih tertinggal. Pantulan di cermin
memperlihatkan aku lebih bersinar. Lita
benar, baru dua kali kulakukan tapi dampaknya sudah nyata.
Aku tersenyum, membayangkan
Mas Bram akan memuji lagi. Sejak terjangkit virus ngeblog, aku kerap begadang
yang membuat mataku memerah, sekitar mata menghitam dan kantung mata yang
bergantung. Tapi berkat mentimun, kini mataku terlihat bersinar. Buah mentimun
memang mampu merelaksasi kulit sekitar mata.
(475 kata/words)
oalah... mentimun buat mata, bisa jadi ide cerita. awalnya saya dah mikir macem2 mak...he2. keren...:-)jadi pengen nyoba, apa benar sensasinya seperti itu...hihihi...
ReplyDeleteudah ada feeling itu timun buat mata, wong sama saya juga toh Bund,,,
ReplyDelete