Aku dan ia berkenalan dalam sebuah ajang kompetisi. Kami
berdua langsung dekat. Ternyata kami memiliki alasan yang sama saat mengikuti
ajang kompetisi tersebut. Sejak mengikuti kompetisi tersebut silahturahmi kami
berjalan terus terutama lewat surat. Lalu lulus kuliah dan menikah. Aku tidak
menghadiri pernikhannya karena aku sedang sakit. Iapun tak menghadiri
pernikahanku karena saat itu, sedang memeriksakan kehamilannya.
Tapi Tuhan punya banyak cara mendekatkan kami. Ia menikah di
bulan November, bulan kelahiranku dan aku menikah di bulan kelahirannya Juli. Putera
sulungnya memiliki hari kelahiran yang sama denganku dan putri bungsuku
mempunyai hari kelahiran yang sama dengannya. Jadi kami berlomba-lomba memberi
ucapan selamat ulang tahun saat diantara kami ada yang berulang tahun. Karena berarti anakku atau
anakknya juga sedang berulang tahun. Secara bersenda gurau, kami suka saling
bertanya, apa ini pertanda kelak akan berbesan? Aku dikaruniakan sepasang anak
laki-lki dan perempuan sedangkan ia tetap yang tercantik karena ketiga anaknya
laki-laki.
Ketika era jejaring sosial dan teknologi komunikasi semakin
maju, hubungan silahturahmi kamipun makin dekat. Media surat berganti menjadi
email, pesan singkat di telepon genggam, atau lewat facebook dan twitter.
Pertemuan secara fisik hanya sesekali. Padahal jarak tempat tinggal kami tak
terlalu jauh. Aku di Jakarta, ia di Bogor. Kebetulan ibu mertuaku tinggal di
Bogor. Jika aku mengunjungi ibu mertua, biasanya aku dan ia mengatur waktu
untuk bertemu.
Tak terasa tahun ini
hubungan pertemanan kami sudah hampir seperempat abad, lebih dari setengah usia
kami di dunia. Ketika aku memiliki permasalahan, ia selalu menyediakan hati dan
telinga, begitupun sebaliknya. Kami senatiasa bertukar cerita dan pengalaman,
baik dalam hal komunikasi dengan pasangan, pengasuhan anak-anak, juga hal-hal
yang berkaitan dengan kerja. Ia tahu benar, bagaimana pekerjaanku mengharuskan
aku meninggalkan si bungsu yang masih belum genap berusia tiga bulan. Ia selalu menguatkanku dan mengatakan semua yang kulakukan
adalah perjuangan orang tua yang ingin memberikan yang terbaik bagi anaknya.
Waktu berjalan terus, aku sangat bersyukur memiliki sahabat
sepertinya. Aku tidak tahu bagaimana pandangannya terhadapku tapi yang pasti
aku sangat mengasihinya dan selalu berharap yang terbaik baginya bersama
keluarganya. Aku pun selalu mendoakan kesuksesan karirnya. Saat ini ia masih berkarir dengan posisi yang baik di sebuah Bank Swasta
ternama di Jakarta.
Aku percaya
persahabatan kami akan terus berjalan bagai air yang mengalir. Saling
menguatkan dan mendinginkan setiap kami mengadapi masalah atau ikut bahagia
bila salah satu dari kami pun bahagia. Kuncinya sederhana, selalu mendengarkan
dengan hati. Tulisan ini kupersembahkan buat sahabatku Priska MC.
No comments:
Post a Comment