MA, BISIKAN PADAKU: APA KUNCI SUKSES HIDUPMU ?

Malam telah larut suami dan kedua anakku sudah lelap di buai mimpi.  Sudah berapa hari ini vertigo menyapaku. Rasanya sungguh menyiksa. Aku jadi teringat  pada mama. Usianya sudah 82 tahun dan sudah cukup lama mengidap vertigo.  Menurut dokter yang aku datangi, penyebab vertigo ada banyak. Namun kebanyakan di mulai dari kelelahan, susah tidur, beban pikiran. Faktor utama pastinya beban pikiran ya. Karena beban pikiran ini membuat susah tisur dan akhirnya fisik maupun mental jadi terasa lelah sekali.

Waktu terus berjalan  seiring lamunanku yang berlalu. Bathin ini terasa penat menghadapi persoalan yang rasanya tak mau berakhir. Padahal aku sadar betul, persoalan-persoalan dalam kehidupan yang silih berganti inilah yang menandakan kita hidup.

Ma, membayang wajahmu adalah setitik kebahagiaan. Mengingat telaga bening di bola matamu terbayang kedamaian dalam jiwa. Membayang dekapmu terasa hangatnya dalam sukmaku

Ma, bagiku  engkau  tiada bercela. M ampukah aku menjadi sepertimu? Mengelola uang yang tak pernah cukup. Mengasuh dua anak yang aktiv, mendampingi suami yang kadang marah  setelah lelah  seharian bekerja dan menuntut perhatian. Ma, aku juga manusia biasa yang bisa merasa lelah dan ingin juga diperhatikan.

Ma, katakan padaku dimana engkau belajar menempa diri, menjadi yang tak terkalahkan? Tahun 1987, saat papa kembali kepangkuan Ilahi, engkau justru semakin kuat. Padahal waktu itu engkau masih menanggung lima anak ( 2 kuliah, 1 di SMA  dan 2 SMP) Memang kakak-kakak tak lepas tangan.

Aku bersyukur terlahir dari rahimmu. Dan aku percaya begitupula adik-adik dan kakak-kakak. Jumlah kami yang banyak, semuanya perempuan.  itulah kekuatan keluarga kita, ya ma. Kini  engkau memiliki hata 54 orang terdiri dari anak, menantu, cucu dan cicit. Itu harta yang luar biasa. Perguruan tinggi telah kulalui, sekian aturan perusahaan telah kupahami tapi aku tetap bodoh dalam memahami rahasia kehidupan.

Ma

Bisikkan padaku

Apa kunci sukses hidupmu?

Ku tulisk ulang  7 maret 2012. Dari catatan  harian tahun 2003.

Icha Koraag