Melihat informasi di berbagai
media, bukan membuat aku menjadi lebih tahu. Sebaliknya aku jadi nampak semakin
bodoh. Pakar-pakar itu berbicara dari berbagai sudut pandang. Tapi tidak ada
yang berbicara dari sudut pandang rakyat
yang take home pay nya, cuma Rp.
10.000.
Unjuk rasa menentang kenaikan BBM
sangat didukung rakyat kecil apalagi para pedagang asongan. Bukan karena
kepentingan mereka diperjuangkan. Tapi para pedagang ini menanggok untung
selama musim unjuk rasa. Rakyat kecil tak mampu kalau disuruh berharap yang
terlalu jauh karena bagi mereka cuma dua persoalan, “Besok makan apa dan apa besok makan?”
BBM belum resmi dinaikan, tetapi
hampir semua kebutuhan pokok termasuk obat-obatan sudah naik. Maka semakin
susahlah orang miskin. Susah makan, akan kekurangan gizi. Kekurangan gizi akan
membuat bodoh, itu jangka panjangnya. Jangka pendeknya daya tahan tubuh menjadi
rentan sakit. Padahal biaya perawatan
sakit itu mahal banget. Dengan kata lain sebetulnya orang miskin tidak boleh
sakit.
Politikus bicara hingga mulutnya
berbusa. Orang miskin mulutnya kering tak mampu bicara. Menelan ludahpun
barangkali sudah tidak ada. Terus orang miskin ini mau diapakan? Indonesia
negeri kaya, gemah ripah loh jinawi hanya ada di buku-buku pelajaran sekolah.
Karena kenyataanya sebentar lagi Indonesia akan di obral.
Mengundang investor asing untuk
ikut mengelola hasil bumi Indonesia adalah tindakan bijaksana, tapi kalau
membiarkan pihak asing mengelola dan menguasai, itu bodoh! Mengapa kita tidak
belajar hingga mampu mengolah dan mengelola sendiri? Sangat memalukan, saat
krisis BBM seperti sekarang ini, terbuka fakta sesungguhnya Indonesia tidak
memiliki satu kilang minyakpun di negeri ini. Kilang minyak yang ada semua
hasil sewa milik asing!
Untuk menutupi fakta ini,
berbagai alasan dikemukakan mengapa BBM harus naik. Mau unjuk rasa sampai tidak
lagi mampu berunjuk rasa, fakta BBM akan naik tidak bisa dibatalkan. Jadi buat
apa cape-cape berunjuk rasa? Kalau setelah itu mau tidak mau harus menerima
kenyataan membayar BBM seharga Rp. 6.000 mulai 1 April untuk mengisi bensin
kendaraannya. Bukan saya tidak setuju dengn para pengunjuk rasa. Cuma apa tidak
bisa dipikirkan strategi lain untuk membatalkan keputusan menaikan harga BBM?
Kalau mendengar informasi
bahwsannya stok minyak bumi kita tinggal sedikit, memang sudah seharunya kita
mengurangi mengkonsumsi BBM yang terbuat dari endapat hewan berumur jutaan
tahun. Informasi lain, kita memiliki cadangan gas yang masih melimpah ruah.
Untuk kestabilan sudah saatnya kita beralih ke gas. Itu pemikiran normal, tapi
pemerintah sendiri belum siap dengan infrastrukturnya. Lagi-lagi rakyat kecil
yang jadi korban.
Yang membuat semakin mejadi
sebuah ironi, rakyat adalah para pemilik negeri ini. Diatur sedemikian rupa
untuk mengaplikasikan demokrasi, rayat memberikan mandat kepada seseorang untuk menjadi pemimpin
negeri ini. Sayangnynya ketika pemegang mandat melenceng, mandat tidak dapat
ditarik kembali.
Dari sekarang mulailah
berhati-hati menggunakan hak pilih saat pemilu nanti. Karena ketika salah
memilih, tidak dapat diperbaiki. Dampak negative dari penyelewengan mandat
adalah upah dari kesalahan memilih itu. Masalah BBM erat kaitannya dengan siapa
yang menjadi pejabat Presiden. Kebodohan memimpin, mengarahkan dan mengayomi
adalah harga yang dibayar oleh rakyat. Dengan keringat dan airmata. Padahal
kekuasaan tertinggi ada di tangan rakyat. Ironis memang!
indonesia negara kaya, tapi mengapa bbmaja harus mahal?Itu kata hati saat melihat teve, tapi saat ngeliat abg boncengan motor ber3 atau ber4,tanpa helm pula,spontan saya berdoa, semoga bbm mahal(maaf ya)
ReplyDelete